Melati masih tidak percaya tentang kehamilannya. Bisa saja Arich dan pria berwajah menyebalkan yang mengaku sebagai dokter itu membohonginya.
Awas saja jika mereka sampai membohonginya, Melati tidak segan untuk membakar klinik itu dan mencorat-coret wajah Arich dengan spidol permanen.
Melati memang keras kepala. Tapi jika kepalanya dibabuk batu masih bisa bocor kok.
Malam ini setelah sholat isya ia bergegas pergi ke apotek terdekat untuk membeli testpack. Nyalinya sedikit menciut melihat apotek sedang ramai. Ia takut ada orang yang mengenalinya. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu sampai apotek itu benar-benar sepi.
Melati duduk di kursi kayu dekat toko matrial yang sudah tutup sambil memainkan ponsel untuk menghilangkan kejenuhannya walau hanya geser-geser menu, melihat-lihat galeri, atau mengotak-atik pengaturan.
Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk dari Liam.
Liam Denhua: Kata Kira tadi siang
kamu pingsan? Doyan banget bikin khawatir. Aku ke rumah boleh?Melati menghela nafas panjang lalu membalasnya.
Melati Ailona: Iya, pingsan karna males belajar matematika. Lo mau digrebek warga?
Liam Denhua: Grebek aja gapapa
biar sekalian dinikahin. Kalau masih sakit jangan maksain sekolah.Liam Denhua: Biarin jadi bego asal
kamu tetap hidup.Melati tak mood untuk membalasnya. Entah kenapa sekuat apapun Liam mendekatinya, hatinya merespon biasa-biasa saja. Rasa sakit yang dulu Liam berikan benar-benar membunuh rasa cintanya.
Melati mengangkat wajahnya, rupanya apotik sudah sepi. Ia memasukan kembali ponselnya ke saku celana lalu berjalan.
"Selamat malam. Ada yang bisa dibantu?" tanya apoteker berambut kriting sebahu itu. Melati berusaha santai walau jantungnya berdetak kencang.
"Beli testpack," jawab Melati membuat raut wajah apoteker itu berubah menunjukan reaksi terkejut bercampur kepo membuat Melati risih.
"Semoga nih si mba gak banyak cincong," batin Melati.
"Buat kakak saya kebetulan dia lagi gak enak badan jadi gak bisa beli sendiri," papar Melati terpaksa berbohong demi menyelamatkan harga dirinya.
Padahal Dery--- kakaknya adalah seorang laki-laki.
Apoteker itu langsung mengambil empat testpack dengan merk berbeda. Melati menatap bingung benda asing itu.
"Yang paling bagus yang mana? Apakah testpack- testpack ini masih bagus? Jangan sampai nanti hasilnya ngaco terus ngepreng kakak saya," cerocos Melati membuat apoteker itu sedikit terkekeh.
"Mba tenang saja semua yang dijual di apotik ini terjamin aman," ujar apoteker itu. "Semuanya juga bagus kok, mba."
"Yaudah bungkus 2 yang paling bagus," ucap Melati yang langsung diberi anggukan oleh apoteker tersebut.
"Semuanya jadi lima puluh ribu."
Melati menyerahkan uang pas dan menerima plastik putih tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK [TAMAT]
General FictionMonmaap nih gue mikir cerita ini pake otak sendiri, ngetiknya pake jari sendiri, kuota sendiri jadi awas aje lu kalau baca doang kaga vote dikata gue kaga stres bikin ni cerita:'( Arich Debara Jeffrey, S. Pd. Seorang guru muda berparas tampan yang t...