Kartu ATM dan kartu debit milik Arich diambil alih oleh ayahnya. Padahal itu adalah hasil jerih payahnya menjadi guru. Apartemen pun turut menjadi sasaran hingga Arich terpaksa pindah ke hotel untuk sementara waktu. Untung saja ia masih punya sedikit tabungan yang tentunya tidak orangtuanya ketahui.
Hari ini Arich tidak pergi mengajar karna luka di sudut bibirnya belum sepenuhnya kering. Tapi tenang saja, ia sudah mengirimkan tugas lewat WhatsApps kepada masing-masing ketua kelas yang hari ini memiliki jadwal pelajarannya.
"Kenapa Melati gak mau jawab telpon gue?" gumamnya seraya menatap nanar ponselnya. Perasaannya tidak tenang karena sejak semalam gadis itu tidak bisa dihubungi.
Arich melirik jam tangannya. Jarum jam menunjuk ke angka 12. Anak-anak di sekolah pasti sedang istirahat. Dengan cepat Arich mencari nomor ponsel Kira dari ratusan chat yang tenggelam di ponselnya. Arich yakin sekali dulu Kira pernah mengirimkan pesan menanyakan tugas yang tertinggal karena dia jatuh sakit.
Setelah berhasil menemukan ia langsung mengirimkan pesan. Basa-basi dulu tentunya, tidak mungkin to the point menanyakan Melati. Nanti Kira bisa curiga.
Arich Jeffrey: Selamat siang, Dzikira.
Tak butuh waktu lama gadis itu langsung membalasnya.
Dzikira Lailasari: Y siang.
"Harusnya gue kasih nilai E di rapotnya karna gak sopan balas chat kaya gitu ke guru. Tapi demi Melati, yaudahlah gak apa-apa," batin Arich.
Dzikira Lailasari: Melati gak sekolah.
Arich dibuat melongo, darimana dia tahu jika dirinya mencari Melati? Apakah Melati membocorkan semuanya kepada Kira?
Dzikira Lailasari: Saya tau semuanya. Ini di luar masalah sekolah ya pak! Jadi jangan bawa-bawa nilai.
Dzikira Lailasari: Sebelumnya saya izin menghujat bapak. Bapak tuh cowo brengsek. Karena ulah bapak saya jadi kehilangan sahabat sehati sejiwa saya. Mana gak mau tanggung jawab lagi! Bapak cowo bukan?
Ngaca.Dzikira Lailasari: Udah pak ngehujatnya. Mohon maaf jika ada kata-kata saya yang menyakiti hati bapak baik yang disengaja atau tak
sengaja saya lakukan.Arich menatap datar ponselnya. Kira benar-benar murid laknat sama seperti Melati dulu mentang-mentang sahabat sejati.
Arich Jeffrey: Pulang sekolah temui saya. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan.
Dzikira Lailasari: Y.
Arich Jeffrey: Nanti saya hubungi
lagi.Dzikira Lailasari: Gue sih owh aja bro.
Arich Jeffrey: Saya masih guru kamu.
Dzikira Lailasari: Maaf, pak. Tadi dibajak temen.
*******
Mobil Arich berhenti tepat di depan rumah sepetak yang sederhana dan terlihat asri. Untuk pertama kalinya Arich pergi ke kota Garut. Untung saja tidak nyasar. Ia keluar dari mobil, menyugar rambut cokelat gelapnya yang bergerak terbawa angin. Melepaskan kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidungnya lalu menyelipkan di belahan dadanya yang terbalut kemeja putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK [TAMAT]
General FictionMonmaap nih gue mikir cerita ini pake otak sendiri, ngetiknya pake jari sendiri, kuota sendiri jadi awas aje lu kalau baca doang kaga vote dikata gue kaga stres bikin ni cerita:'( Arich Debara Jeffrey, S. Pd. Seorang guru muda berparas tampan yang t...