03.

7.1K 415 8
                                    

Pukul 20:00 waktu setempat Arich sampai di rumahnya setelah menghadiri rapat guru mengenai peningkatan sistem pembelajaran guna menghasilkan lulusan yang unggul.

Ia lelah, sangat lelah. Ia membantingkan tubuhnya ke sofa, memejamkan matanya sejenak untuk merehatkan badan dan pikirannya.

Dreet.

Ponsel di dalam saku celananya bergetar. Dengan malas ia merogohnya. Ada sebuah pesan masuk dari Melati.

Melati Ailona: Elza apakah kamu
sudah sampai di kerajaan?

Arich langsung membalasnya.

Arich Jeffrey: Ana, apa kamu pernah dibabuk pakai es batu?

Melati Ailona: Elza aku zerius.
Aku khawatir. Akwokwokwo

Arich Jeffrey: Mel, ketawamu autis.

Melati Ailona: Autis-autis begini juga pacarmu. Elza, aku sendirian tau di rumah. Ayah bunda udah
Dua minggu gak pulang. Sibuk kerja.

Arich Jeffrey: Dery belum pulang?

Melati Ailona: Belom. Dia mah
pulangnya 3 bulan sekali. Kalau duitnya abis baru balik.

Arich Jeffrey: Yaudah kunci pintu jangan sembarang bukain. Kalau ada apa-apa segera hubungi polisi. Yakali ngehubungi saya, mau tidurlah.

Melati Ailona: Pacar jahanam. Em, video call yu? Aku mau liat wajah es mu, Elza.

Arich Jeffrey: Mau mandi dulu.

Melati Ailona: Mandi jam segini pas dingin. 😱

Arich Jeffrey: So tau.

Melati Ailona: Orang aku pernah ngerasain. 😱

Arich Jeffrey: Orang saya mau mandi bola.

Melati Ailona: Hmm, jokes bapac-bapac.

Arich Jeffrey: Saya tandain muka kamu. Absen 17, kan?

Melati Ailona: Gini amat punya pacar guru apa-apa disangkut pautkan dengan sekolah.

Arich Jeffrey: Kalau mau disangkut pautkan dengan tali sana jadi jemuran.

Melati Ailona: Apaci Aric.

Arich Jeffrey: Apasi bocah.

Tak terasa bibir Arich membentuk sebuah senyuman membaca untaian chattingnya dengan Melati. Begitulah hari-hari percakapan mereka, absurd dan tidak berfaedah.

Terlebih Melati adalah gadis yang anti jaim. Dia juga yang mengawali pangilan 'Anna' 'Elza' dalam hubungan mereka. Awalnya Arich jijik tapi semakin berjalannya waktu ia mulai menikmati panggilan sayang itu.

Arich memasukan kembali ponselnya ke saku celana.

Arich adalah anak tunggal di keluarganya. Ayahnya adalah seorang pengusaha tekstil yang sukses. Sedangkan ibunya adalah seorang dokter bedah profesional. Sebenarnya kedua orang tuanya tidak setuju ketika Arich memilih menjadi seorang guru. Mereka ingin Arich mengikuti jejak sang ayah guna meneruskan perusahaan keluarga kelak. Tapi, Arich bersikeras mengejar mimpinya. Dia sama sekali tidak tertarik berkecimplung di dunia bisnis.

LOVESICK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang