02.

7.9K 525 21
                                    

"I don't care!"

TUUTTT

Arich mematikan sambungan telpon dengan ayahnya secara sepihak lalu melempar asal ponselnya ke meja. Ia Menghempaskan tubuhnya ke sofa, menarik nafas panjang berusaha menenangkan pikirannya yang awut-awutan.

Hari ini benar-benar hari yang buruk baginya. Masalah pribadi yang 2 bulan belakangan ini membuatnya stres ditambah kelakuan murid-muridnya yang kurang hajar membuat kepala Arich ingin meledak sejadi-jadinya.

Arich tidak habis pikir kepada anak-anak itu yang tidak menganggap kehadirannya. Saling berteriak seperti tarzan, sampai goyang itik segala. Benar-benar tidak punya sopan santun.

TUK TUK TUK

Pintu ruangannya diketuk seseorang dari luar sana.

TUK TUK TUK

"Apa lagi ini!?" batinnya.

TUK TUK TUK

Semakin lama ketukan itu semakin kencang. Arich berdecak. "Gak ada sopan-sopannya! Gue berasa lagi digrebek!"

Arich membuka pintu tersebut. Seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan wajah manis berdiri di hadapannya.

"Pak Arich?" panggil Melati sembari menyembunyikan kedua tangan di belakang tubuhnya.

"Mau apa!?"

Melati mendongak. "Do you wanna build a snowman?" Dia bersenandung kecil menirukan tokoh Anna di film kesukaannya, Frozen.

"Come on, lets go, and play," lanjutnya seraya merentangkan tangannya dengan wajah imut.

"Hello, Elza," sapa Melati dengan wajah bodoh. "Hehehe, Anna pegel nih."

Arich memutar bolamatanya malas lalu menyuruh Melati masuk ke dalam ruangannya. Menutup dan mengunci kembali pintu, Arich menghampiri Melati yang sudah duduk manis di salah satu kursi.

"Marah?" tanya Melati, hati-hati.

Melihat Arich tak merespon membuat Melati memutar otak agar hati kekasihnya itu kembali luluh. Menyelipkan anak rambut ke daun telinga kemudian Melati memasang senyuman maut andalannya. Arich yang semula membuang pandangannya perlahan menatap gadisnya.

"Gak usah senyum-senyum kaya gitu!" tegur Arich pura-pura tidak suka. Padahal senyum Melati adalah candu baginya.

"Dih ya biarin kan senyum itu sebagian dari ibadah," balas Melati.

"Tapi kalau senyum-senyum sendiri kaya gitu kesannya kaya orang gila," cetus Arich.

"Jangan badmood gitu dong, kak. Aku tau teman-temanku kelakuannya emang kaya setan semua. Oleh karena itu aku di sini mewakili mereka meminta maaf sebesar-besarnya," tutur Melati dengan lembut seraya menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Termasuk kamu!" sinis Arich dengan pelototan tajam. "Bukannya merhatiin saya ngajar malah ngegibah!"

"Dih siapa yang gibah coba? Orang cuma menganalisis kelakuan buruk kucingnya si Kira," elak Melati.

"Dipikir saya gak tau, hah? Kamu ngomongin hubungannya Agatha anak kelas Bahasa itu sama pacarnya, kan?"

Melati nyengir kuda. Selalu saja, sekuat apapun Melati berbohong Arich selalu mengetahuinya.

"Jangan nyengir harusnya mikir!" tegur Arich membuat Melati segera mingkem.

"Yaudah iya maaf. Gak bakal ngulangin deh," balas Melati sembari mengangkat jari tangannya yang dibentuk huruf 'V.'

LOVESICK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang