End.

10.6K 518 111
                                    

Kaget? Wkwk. Ini panjang bgt terserah sih mau baca sampai habis atau enggak juga.

💜

Mobil berwarna putih yang dikendarai Andre berhenti di depan perkarangan rumah yang tampak sepi. Dengan sangat hati-hati Mutia menggendong Jayden yang tampak tertidur pulas setelah minum asi beberapa jam yang lalu. Melati mengambil barang-barang Jayden seperti mainan, sepatu, dan kupluk yang berserakan di jok mobil bahkan salah satu mainannya sampai terjatuh.

Melati keluar dari mobil dengan perasaan campur aduk. Ia menghirup oksigen dalam-dalam menyalurkan rasa rindunya pada udara Jakarta. Meski tidak sesejuk di kota Garut tapi Jakarta tetaplah kota kelahirannya. Meski memiliki kenangan yang buruk tapi Melati tetap mencintai kota kelahirannya karna di sini sosok Melati Dwi Ailona tumbuh.

Ditatap dengan seksama bangunan bercat putih yang sudah satu tahun lebih ia tinggalkan. Tidak ada yang berubah dari bangunan itu, tapi suasananya yang akan berubah. Di dalam rumah akan lebih berisik karna adanya Jayden.

"Ayo, masuk," ajak Andre yang muncul tiba-tiba seraya menyeret koper besar. Melati mengangguk kecil lalu mengikuti langkah Dery dan Mutia yang sudah lebih dulu di depan.

Tidak pernah terbesit sedikitpun di benak Melati jika dirinya akan kembali menginjakan kaki di rumahnya mengingat bagaimana sadisnya dulu sang ayah mengusirnya. Melati menyapu pandanganya, bayangan ketika dirinya ketahuan berbadan dua lantas terputar dengan sendirinya. Meski sudah berlalu tapi rasa sakitnya masih terasa. Tamparan dari ayahnya, rasa perihnya seakan membekas secara abadi.

"Yah, ini serius kita angkat koper segede gaban ini ke lantai dua?" tanya Dery seraya menunjuk anak tangga yang bersiap membuat dirinya terkena encok.

"Iyalah. Laki bukan?" balas Andre seakan meledek Dery yang lemah gemulai. "Kalau gak kuat sunat lagi sana sampai buntung tuh burung!"

"Very jahanam!" Dengan cepat Dery menyeret koper itu menaiki satu per satu anak tangga. Andre terkekeh kecil melihat tingkah anak sulungnya, pria beranak dua itu lantas mengikuti Dery yang jatuh bangun membawa koper.

"Ayah harus tanggung jawab kalau aku patah tulang atau kena tipes!" gerutu Dery dengan delikan tajamnya.

"Lebay," balas Andre berhasil membuat Dery mengumpat dalam hati.

Sementara itu Melati malah terdiam dengan tatapan terfokus ke foto keluarga yang dipajang di atas televisi. Di foto itu dirinya masih kelas 2 smp, di mana Arich belum hadir di hidupnya tapi Liam yang mewarnai hari-harinya. Melati tersenyum tipis melihat dirinya di foto itu. Dirinya tersenyum lebar menggambarkan kebahagiaan seolah tak punya beban masalah.

Dari sekian foto yang dipajang ada satu foto yang menarik perhatiannya. Itu fotonya bersama Liam ketika di Dufan liburan bersama keluarga. Ditatap lelaki bermata sipit itu, sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Melati sedikit rindu, walau bagaimanapun Liam pernah mewarnai hari-harinya meski berakhir dengan kekelabuan.

"Lho, bunda? Jayden mana?" tanya Melati ketika melihat Mutia berjalan menuruni anak tangga tanpa makhluk mungil di gendongannya.

"Jayden udah bunda pindahin ke kamar kamu. Sana gih susul. Bunda mau nyiapin makanan dulu. Kita liwetan. Kemarin bunda udah nyuruh ayah buat beli bahan-bahannya," balas Mutia membuat Melati segera bergegas ke kamarnya untuk menjaga Jayden takut anak itu terjatuh dari kasur.

Melati mengumpulkan nyalinya untuk masuk ke dalam kamarnya. Dery keluar dari kamarnya dengan nafas tersegal-segal. Tanpa sepatah kata laki-laki itu bergegas masuk ke dalam kamarnya yang terletak di sebelah kamar Melati. Tubuh Melati terasa panas dingin kala menginjakan kaki di kamar kasayangannya. Andre yang semula menjaga Jayden lantas bergegas keluar setelah memberi senyuman manis kepada Melati. Setelah sekian lama akhirnya Melati bisa melihat senyuman tulus Andre kembali. Andre berhasil berdamai dengan keadaan, beliau bahkan sangat menyayangi Jayden.

LOVESICK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang