Melati memfokuskan atensinya ke layar laptop yang sudah satu jam ini mengaduk-aduk perasaannya. Entah keberanian dari mana membuatnya mau menjelajahi laptop milik Arich. Laptop yang dulu hampir setiap malam bermain-main dengan pemiliknya. Meski tidak pernah mengatakan tapi Melati yakin laptop ini adalah barang kesayangan Arich. Lihat saja, di atas laptop itu dipasang stiker yang bertuliskan "Dont touch my laptop!"
Maaf, sayang. Aku tidak bisa mengikuti tanda larangan itu. Aku ingin menyeburkan diri ke dalam kenangan. Meski menyakitkan aku tetap ingin melakukan. Karna dengan cara itu membuatku sadar jika aku pernah sebahagia itu bersamamu.
Di dalam laptop itu berisi berbagai macam informasi tentang sekolah tempat Arich mengajar. Ada nilai muridnya, soal-soal yang akan diujikan, dan data-data penting lainnya. Tangan Melati terulur meraih salah satu flashdisk yang ia temukan di bawah tumpukan baju Arich lalu memasangnya. Di dahan flashdisk itu tertulis sebuah kata 'ADJ.' Oleh karena itu Melati sangat penasaran.
Melati kembali menjelajahi laptop itu, rupanya flashdisk itu berisi gambar dan video tentang Arich sendiri. Ada rentetan foto Arich dari bayi sampai dewasa. Foto bersama teman-teman semasa smp, sma, dan kuliahnya. Melati mengklik salah satu video yang berhasil menyita perhatiannya. Dari tanggalnya, video itu dibuat satu tahun yang lalu. Di dalam video itu tampak Arich duduk bersender pada tembok, pria itu mengenakan kemeja casual berwarna putih, rambutnya terlihat basah. Melati yakin sekali video itu dibuat Arich di apartemennya, tepatnya di kamarnya.
Melati menopang dagunya, menyaksikan dengan seksama video itu. Arich tampak malu-malu melihat kamera, dia beranjak lalu tak lama kembali dengan membawa satu buah apel berwarna merah mengkilat. Entah apa yang dipikirkan Arich saat itu, pria itu memakan apelnya dengan tenang seraya sesekali melihat ke arah kamera. Suara kunyahannya terdengar bak lagu pengiring video.
"Kamu ngapain sih, kak? Perlu banget makan apel divideoin gitu? Mukbang ceritanya?" Mulut Melati berkomentar begitu saja. Tangannya mempercepat video itu sampai pertengahan.
Arich membenarkan posisi duduknya menjadi agak tegak. Dia berdehem pelan dengan tatapan menusuk lensa kamera.
"Video ini dibuat untuk kenang-kenangan ya walaupun niatnya iseng aja sih," ujar Arich di dalam video sana.
"Hari ini tanggal 7 Agustus, hari di mana kamu lahir ke dunia sebagai pelengkap keluarga. Hari di mana kamu merasa bertanya-tanya. 'Nanti dapet kado apa, ya?', 'Mereka ngasih kejutan gak, ya?' dan hari di mana kamu merasa menjadi orang paling spesial di muka bumi ini."
Jantung Melati berdegup kencang. Tanggal itu, itu adalah tanggal lahirnya.
"Selamat ulang tahun, Melatiku. Bintang terterang di hatiku setelah ibuku. Aku menyayangimu lebih dari yang kamu tau. Kamu yang membuatku percaya jika usia bukan halangan untuk saling mencintai. Tetaplah di sini, bintangku. Jangan kembali ke angkasa, temani aku hingga usia senja."
Melati menutup mulutnya, matanya mulai berkaca-kaca. Ia sama sekali tidak menyangka Arich mampu memberikan kata-kata indah seperti itu, sesuatu yang tidak pernah Melati dengar sebelumnya. Video segera berakhir, Melati menguatkan dirinya untuk menonton hingga akhir.
Arich tersenyum unjuk gigi, terlihat begitu manis. "Lebay ya, Mel? Kayanya saya gak cocok jadi pria puitis ataupun romantis. Gapapa deh. Ini buat kenang-kenangan untuk ditonton di masa tua betapa bucinnya saya di masa muda. Saya bisa malu setengah mati kalau kamu nonton video ini."
Video berakhir begitu saja. Air mata Melati meleleh dengan sendirinya. Kenapa Arich tidak mengirimkan video itu untuknya? Kenapa harus dirahasiakan? Melati langsung menutup layar laptop, sudah cukup. Ia menyerah, ia tidak sanggup terhanyut dalam kenangan lebih dalam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK [TAMAT]
General FictionMonmaap nih gue mikir cerita ini pake otak sendiri, ngetiknya pake jari sendiri, kuota sendiri jadi awas aje lu kalau baca doang kaga vote dikata gue kaga stres bikin ni cerita:'( Arich Debara Jeffrey, S. Pd. Seorang guru muda berparas tampan yang t...