Setelah mendapat izin dari dokter yang menangani, Dery mendorong kursi roda bundanya menuju taman rumah sakit. Sejak tadi Mutia meminta keluar padahal beliau harus banyak beristirahat untuk memulihkan kondisinya. Berada terus di dalam ruangan membuat pikiran Mutia tidak bisa melayang luas, beliau perlu alam terbuka untuk menenangkan pikirannya. Dan dokter Aaron mengerti akan itu makanya dia memberi izin.
"Bun, tadi kata dokter Aaron bunda gak boleh lama-lama. Terus bunda jangan mikirin hal yang berat-berat. Pending dulu lah mikirin arisan pancinya atau mikirin kenapa bisa punya anak seganteng ini. Udah takdirnya seorang Andery Fathura Sabda menjadi orang tampan se-galaksi Bima Sakti. Udahlah bunda terima aja punya anak ganteng kalem macam nih," cerocos Dery mencondongkan wajahnya dan menatap bundanya dari samping.
"Iya, Der. Bunda tau kok," balas Mutia pelan. Rasanya Mutia ingin sekali mencubit pipi Dery tapi tenaganya tidak mendukung.
Bibir Dery membentuk sebuah senyuman. Pemuda itu terus mendorong kursi roda bundanya menuju taman rumah sakit yang kebetulan tak jauh dari ruang inap Mutia. Taman di rumah sakit Kencana ini didedikasi untuk para pasien guna menenangkan diri. Banyak sekali bunga dan tumbuhan lainnya di sini, juga ada beberapa air mancur dan kolam ikan. Banyak kupu-kupu warna-warni berterbangan. Suasananya pun sangat sejuk seperti di pedesaan. Benar-benar membuat tenang dan nyaman.
Dery membawa bundanya ke dekat salah satu kolam ikas hias lalu pemuda itu jongkok di samping Mutia yang tampak tersenyum senang.
"Banyak banget ya bun ikannya. Kalau tau banyak ikan begini Dery pasti bawa pancingan. Lumayan nanti dijual buat beli koin Webtoon," ujar Dery membuat Mutia terkekeh kecil.
Dery ikut tersenyum, melihat bundanya dapat terkekeh kecil seperti itu membuat dirinya bahagia. Dery mengedarkan pandangannya ke sekitar taman. Cukup banyak para pasien dari berbagai kalangan yang berkunjung ditemani keluarga atau sanak saudaranya. Raut wajah mereka menunjukan kegembiraan, melupakan sejenak kesakitan yang merasa rasakan.
Dreeet!!
Ponsel di saku jaket Dery bergetar membuatnya sedikit terkejut. Ia merogoh untuk memeriksanya.
Alip batasa calling...
Rupanya salah satu teman kuliahnya yang menelpon. Dengan cepat Dery mengangkat sambungan telpon tersebut takut ada sesuatu yang penting meski tau kalau Alif yang nelpon pasti gak penting.
"Naon, Alip! (Apa, Alip!)"
"Assalamualaikum heula da cek aing mah, setan."
"Assalamualaikum, mo."
"Waalaikumsalam, nyet."
"Naon, Alip!?"
"Hnteu. Kangen weh urang ka maneh, Der. (Nggak. Kangen aja aku ke kamu, Der)"
"Idih najis mugholadoh!"
Mutia langsung menatap Dery yang tampak kesal sendiri.
"Becanda atu aing mah. Edan pisan dikira aing gey."
"Nya terus naon ai sia!?"
"Dery, bahasanya jangan kasar gitu," tegur Mutia membuat Dery langsung nyengir lebar dan manggut-manggut.
"Cek babeh Wa kuadrat N, maneh iraha mulang?"
(Kata babeh Wa kuadrat N, kamu kapan pulang?)
"Wa kuadrat N nugu euy? Gueh jadi porget gini."
"Wawan."
"Oh pak botak kang talar kali-kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK [TAMAT]
General FictionMonmaap nih gue mikir cerita ini pake otak sendiri, ngetiknya pake jari sendiri, kuota sendiri jadi awas aje lu kalau baca doang kaga vote dikata gue kaga stres bikin ni cerita:'( Arich Debara Jeffrey, S. Pd. Seorang guru muda berparas tampan yang t...