23.

3.4K 265 26
                                    

Di teras belakang rumah yang terasa sejuk juga menghadap ke hamparan sawah nan luas berwarna hijau yang menyegarkan mata, Melati memperhatikan Arich yang sibuk mengaduk-aduk makanannya dengan wajah datar padahal dari pagi pria itu belum makan.

Sejak pulang dari kota Arich menjadi pendiam. Dia seperti memikirkan sesuatu yang tidak boleh Melati tau. Hal itu membuat Melati bertanya-tanya. Tidak biasanya juga Arich melamun seperti ini. Melati yakin sekali ada sesuatu yang Arich sembunyikan darinya.

"Jangan diaduk-aduk terus makanannya, kak. Dikira itu adukan semen," tegur Melati membuat Arich tersadar dari lamunannya.

Pria itu menoleh lalu tersenyum kikuk. "Ah, iya. Saya tadi baca doa belum ya?"

"Udah."

Arich kembali tersenyum memamerkan lesung pipinya yang dalam. Lesung pipi turunan dari ayahnya dan besar kemungkinan calon anak mereka juga mempunyai lesung pipi karna Arich dan Melati sama-sama mempunyainya meski lesung pipi Melati tidak sedalam yang Arich miliki.

"Masakanku gak enak, ya? Makanya kakak gak mau makan?" tanya Melati seraya menatap nanar makanan Arich yang masih utuh.

Salah satu titik kesedihan seorang istri adalah ketika suami tidak menyukai masakan yang dibuatnya.

Arich langsung panik. "Nggak gitu, Mel." Dengan cepat dia melahap makanannya sebelum istrinya semakin overthinking.

Saking fokus memikirkan anak buah papinya Arich sampai melupakan dunianya. Jujur saja Arich sangat takut sekarang. Bagaimana jika papinya mempunyai rencana jahat untuk keluarganya? Jika Arich sampai tertangkap lantas siapa yang akan menjaga Melati dan calon buah hatinya? Siapa yang membiayai kehidupan mereka. Arich tidak ingin kehilangan mereka.

Melati diam, tentu saja tidak percaya dengan ucapan Arich barusan. Arich menelan makanannya dengan tatapan tak lepas dari istrinya yang tampak murung padahal tadi masih haha hihi ceria dora.

"Opor ayam buatan kamu enak kok. Kenapa sedih, hm?" tanya Arich seraya mengacak puncak kepala Melati membuat perempuan itu memberegut kesal.

"Jangan diacak-acak ih, kak! Aku males nyisir tau!" runtuknya seraya merapihkan rambut hitam legamnya menggunakan tangan. Padahal rambut Melati pendek tapi terkadang dia terlalu malas gerak untuk sekedar menyisir.

Arich tersenyum kecil. "Lagian kenapa sedih? Masakan kamu enak kok. Seperti biasa saya selalu suka. Makasih ya udah masakin. Saya bangga banget punya istri kaya kamu."

Arich tidak membual. Masakan Melati memang enak. Selalu cocok di lidahnya. Meskipun umurnya baru 17 tahun tapi kemampuan masaknya jangan diragukan. Udah cocok jadi kontestan Master Chef Indonesia.

"Terus kenapa ngelamun? Kakak mikirin apa?"

"Ngelamun? Saya gak ngelamun kok," sangkal Arich. "Orang tadi lagi ngitungin nasi." Arich tidak ingin membuat Melati khawatir mengingat perempuan itu akhir-akhir ini gampang overthinking.

"Ketauan banget bohongnya!" balas Melati dengan delikan sinisnya.

"Ya terus kamu pikir saya mikirin apa?"

"Kok balik nanya? Aku gak nyuruh kakak nanya! Harusnya kakak jawab pertanyaan aku!"

Arich mengusap dadanya mendapat semprotan dari sang istri. Sontak Melati membelalakan matanya.

"D-dada?" tanya Melati tergagu.

"Hah?" bingung Arich seraya menatap dada Melati.

"Mesum!" Melati menyilangkan tangannya di depan dada membuat Arich makin bingung sekaligus gak tahan pengen tak hik kepala istrinya.

LOVESICK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang