22.

3.6K 269 15
                                    

Kemarin malam Dery pulang ke Jakarta setelah mendengar bundanya sakit. Dery sudah meminta izin kepada dosennya untuk meliburkan diri selama empat hari karna keadaan benar-benar darurat. Bundanya sakit sedangkan ayahnya sedang bekerja di luar kota. Jika bukan Dery siapa lagi yang akan merawat bundanya?

Melati? Perempuan itu sudah memiliki keluarga sendiri dan Mutia melarang untuk memberitahunya karna tidak ingin membuat anaknya yang sedang hamil muda itu khawatir.

Andai kata dosennya tidak memberi izin, Dery akan tetap pulang karena surga berada di telapak kaki ibu bukan di telapak kaki dosennya. Tapi syukurlah dosennya memberi izin dengan syarat Dery harus tetap mengerjakan tugas meski tidak mengikuti kelas secara tatap muka.

Dery iya-iyain aja biar cepet. Dosennya memang pengertian mengingat Dery adalah mahasiswa paling teladan alias telat datang pulang duluan. Meski kosannya dekat dengan kampus tapi pemuda itu langganan telat. Dia datang paling terakhir tapi pulang paling duluan.

Dia menyelasikan tugasnya dengan cepat bukan karna pintar tapi pengen cepat rebahan di kosan.

Dery juga terkenal happy virus di kampusnya. Karna sikapnya itu dia disayangi banyak orang terutama dosen-dosennya yang selalu dibuat tertawa oleh kelakuannya. Tak ada yang tahu di balik keceriaanya tersimpan luka yang begitu dalam. Adik semata wayangnya diusir dari rumah karna hamil di luar nikah. Dery benar-benar merasa gagal menjadi seorang kakak. Setiap mengingat adiknya, pemuda itu selalu menangis tergugu secara sembunyi-sembunyi.

Dery membenarkan selimut bundanya yang sedikit tersingkap. Pemuda berkaos hitam itu menatap lekat wajah teduh malaikat tak bersayapnya yang sedang tertidur setelah meminum obat yang diberikan dokter.

"Cepet sembuh, bunda. Dunia jadi gak asik kalau bunda yang sakit," ujar Dery diakhiri senyuman getir.

Dery menghempaskan tubuhnya di sofa. Tangannya memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. Dokter mengatakan jika Mutia mengalami gangguan jantung. Faktor terbesarnya karna stres berat yang dideritanya. Jika Mutia terus-terusan seperti itu kondisinya akan semakin memburuk. Dery tidak ingin itu terjadi. Masih banyak hal yang ingin Dery lakukan bersama bundanya.

Dery yakin sekali hal yang membuat bundanya stres berat adalah Melati. Sejak adiknya pergi, Mutia seakaan menarik diri dari lingkungan. Beliau banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Yang dilakukannya tidak jauh dari menangis memikirkan anak bungsunya. Senyuman manis yang dulu sering dipamerkan kini disembunyikan. Dery sungguh merindukan senyuman bundanya.

Dreeet.

Ponsel di saku celananya bergetar. Dery langsung merogohnya. Rupanya ada sebuah pesan singkat dari ayahnya yang sedang berada di kota Surabaya.

Ayah: Der, gimana kondisi bunda sekarang?

Tanpa pikir panjang Dery langsung membalasnya.

Dery: Alhamdullilah udah sedikit membaik, yah. Cuma ya gitu susah bet buat makan. Dery suapin dengan drama pesawat-pesawatan tapi bunda tetap nutup mulutnya. Sedih banget hiks.

Ayah: apa itu pesawat-pesawatan? Jangan aneh-aneh deh, Dery! Bunda lagi sakit juga.

Dery: Itu lho yang sendoknya Dery gerak-gerakin di udara sambil ngomong "ninu ninu ninu pesawat datang, ayo bunda buka mulutnya aaaaaaaaa." Sama kaya yang dulu bunda lakuin ke Dery waktu masih bocil kalau susah makan.

Ayah: Bunda bukan anak kecil, Der. Kamu tuh ada-ada aja!

Dery: Setidaknya Dery udah usaha meski tidak berguna.

Ayah: Der, ayah udah transfer uang ke rekening kamu. Itu buat kebutuhan kamu satu bulan ke depan dan buat berobat bunda juga.

Dery: Aw, kamsahamida my dad. Btw, berapa T nih transfernya bosqu?

LOVESICK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang