3. Irene

4.5K 657 42
                                    

~Happy Reading~

~Vote & Comment~

~Rawan Typo~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Flashback

"Akhh, Irene mianhae appa, Irene tidak akan mengulanginya lagi~"lirih Irene kecil yang sekarang sudah berusia 15 tahun.

"Berapa kali ku bilang, kau tidak boleh mengikuti kelas tambahan kau hanya menghabiskan uangku, anak sialan!"umpat appa Bae kepada Irene yang masih meringis menahan sakit di punggungnya karna hujaman tali pinggang kulit miliknya.

"Mianhae appa, Irene berjanji tidak akan mengulanginya lagi"ucapnya dengan gemetar menahan tangis perihnya

"Dengar! Jika sekali lagi kau pulang malam hanya untuk kelas tambahan mu itu, aku kan mematahkan kakimu itu, anak sialan!"ancam appa Bae menarik rambut Irene kuat sebelum melepaskannya dengan kasar meninggalkan Irene dengan acuh.

Berubah..

Ya kehidupan seorang Bae Joohyun (Irene) berubah setelah perpisahan kedua orang tuanya 7 tahun yang lalu, perusahaan sang appa bangkrut dan pria itu mulai memiliki kebiasaan yang kasar. Mabuk-mabukan dan selalu melakukan kekerasan terhadap Irene.

Meskipun memiliki ikatan darah yang sama, dia merasa mereka adalah orang asing. Tak jarang dengan kemarahannya appa Bae mengucapkan kata-kata kasar kepada Irene.

Semua perlakuan dan perkataan kasar yang keluar dari mulut appa Bae sudah diterima Irene sejak ia menginjak usia 10 tahun. Bahkan diumur segitu seharusnya anak seusianya mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Namun itu tidak berlaku untuknya.

Setelah sang appa meninggalkannya begitu saja, Irene mencoba bangkit dengan langkah tertatih menahan sakit disekujur badannya untuk yang kesekian kalinya, menuju kamarnya.

Irene kembali membuka laci, mencari salep yang selalu karena ia hanya membutuhkan itu ketika seluruh tubuhnya kembali memiliki luka akibat pukulan dari sang appa.

Irene duduk diam tanpa ekspresi didepan meja belajarnya dan melihat ke arah foto eomma dan sang oppa.

"Oppa~"lirihnya pelan

"Hari ini appa kembali memukulku karena aku mengikuti kelas tambahan tanpa seizin appa"adu Irene

"Kau tau oppa, Irene tidak menangis."

"Bahkan sesakit apapun pukulan appa setiap harinya, Irene tidak pernah menangis oppa"

"Irene menepati janji Irene kepada oppa" lanjutnya dengan nada gemetar, bahkan tanpa disadari setetes air matanya sudah jatuh dipipinya.

"Karena Irene sudah menepati janji, bisakah oppa segera kembali menemani Irene hm?"

Ia kembali terdiam dan tak melanjutkan kembali gumamannya di depan foto sang oppa. Kemudian dia menatap foto sang eomma yang terlihat sangat cantik seperti dirinya namun sayang wajah cantik itu rela meninggalkannya sendirian tanpa kasih sayang sedikipun.

"Eomma~" lirihnya pelan dengan tatapan kosongnya.

"Eomma tau? Hmm appa sering memukulku, lihatlah eomma tangan dan punggungku membiru dan itu sangat sakit"katanya berbicara dan menujukkan luka-lukanya dengan foto sang eomma seolah-olah sang eomma ada disampingnya dan mendengarkannya.

The Mimic [Seulrene][End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang