Riuh tepuk tangan terdengar menggema ketika Senja menyelesaikan sesi perkenalan sekaligus pertanyaan tambahan yang di berikan oleh Aryan.
Aryan terlihat mengisi kertas yang tengah ia pegang dengan senyum yang tercetak lebar, merasa puas akan jawaban yang ia dengar dan mungkin saja dia tidak akan segan untuk memberikan nilai yang terbaik kali ini untuk Senja.
"Silahkan, duduk kembali." Kata Aryan membuat Senja mengangguk kemudian kembali ke tempat duduknya semula.
"Wah, baru tau gue Senja sepintar itu, dia pasti bagus banget kalau masuk keorganisasian, lagian dia juga kelihatan udah berpengalaman." Malam menoleh ketika ia tiba-tiba mendengar suara Juna yang berasal dari sebelahnya.
"Kemana aja lo?" Tanya Malam langsung, membuat Juna balik menoleh ke arahnya.
"Gue kebelet tadi."
Malam mendesah pelan. "Siapin pos selanjutnya."
Mendengar penuturan Malam, Juna sontak menaikkan kedua alisnya ke atas. "Loh, baru tiga yang maju, kecepetan kalau nyiapin sekarang."
"Aksa sendirian."
"Lo kira Aksa itu perawan lemah yang jadi inceran penculik? Dia anak paskib anjir, kalau ada yang gangguin dia pasti malah di suruh gerak jalan bareng-bareng." Ujar Juna ngawur.
Malam yang mengerti arti pembahasan Juna sebenarnya langsung menunjukkan kepalan tangan ke wajahnya, yang membuat Juna seketika meneguk ludah.
"Lo nggak mau pergi sekarang karena mau lihat peserta baru di sini, kan?" Juna mengulum bibir, kemudian menundukkan wajah, tak bisa mengelak karena penuturan Malam memang benar.
"Mau gue gotong atau gue gibeng?"
"Ya elah Al bentaran do—–
Malam tak dapat menahan diri untuk tidak menggaplok wajah Juna dengan tangan kanan, yang kemudian Malam menyeretnya hingga Juna berjalan mundur sambil terseok-seok karena perlakuan Malam tadi.
"Yang kita nilai cuma gerakan dasar doang, kan?" Sezha membuka percakapan dengan menanyakan suatu hal yang menurutnya biasa untuk di bahas di saat-saat seperti ini.
Malam menopangkan dagu di atas meja. "Gimana sa, gue ikut lo aja." Ujar Malam malah menimpakan pada Aksa yang tengah mendengarkan perbincangan tadi.
"Gue nggak di tanya?" Tanya Juna karena merasa tak ada yang menanyainya setelah ia sibuk untuk menggosok-gosokkan pangkal hidungnya menggunakan jari karena gatal.
Bukannya menjawab, mereka semua malah terdiam tanpa mau membalas keluhan Juna tadi.
Juna menyipitkan mata. "Bacot."
"Menurut gue apa yang Sezha bilang emang bener. Kita cuma seleksi satu hari, kalau pakai gerakan yang terlalu banyak atau malah yang baru aja mereka dengar, takutnya cuma buang-buang waktu aja kalau sampai mereka nggak hafal aba-aba juga gerakannya. Rata-rata, kalau orang baru itu nggak cepat tanggap buat nangkap aba-aba, jadi kalau di kasih gerakan atau aba-aba yang susah, mereka malah jadi tambah nggak konsen yang semakin buat gerakan jadi berantakan." Kata Aksa mengemukakan pendapatnya.
"Kalau ini seleksi paskib atau pramuka di bagian LKBB mungkin bakal lebih banyak lagi gerakan yang di pakai. Tapi kita batasi aja karena ini cuma seleksi OSIS dan karena kegiatannya cuma satu hari." Lanjut Aksa yang langsung saja di sambut anggukan oleh Malam dan Sezha.
"Gue setuju." Kata Sezha.
"Oke, gue juga." Lanjut Malam, setelahnya ia langsung menoleh ke arah Juna yang sedari tadi tengah memasang wajah masam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Malam
Jugendliteratur"Gue manusia, bukan siklus harian. Kalau lo bilang Malam sama Senja itu berdampingan, lo salah. Karena Malam akan muncul saat Senja udah nggak nampilin dirinya lagi. Dan Malam sama Senja itu diciptakan, agar hanya salah satu yang akan terlihat dan b...