Tiga hari berakhir, yang mana hari ini adalah hari penyeleksian calon anggota OSIS baru. Malam yang baru saja datang ke sekolah kini tengah berjalan dengan langkah gagah ke sebuah ruangan yang biasanya digunakan untuk pertemuan OSIS.
Di Airlangga, kebiasaan penyeleksian tiap organisasi jika di laksanakan pada hari pembelajaran, maka jam terakhir yang akan di ambil hingga sore ataupun mengikuti komando ketua organisasinya. Tetapi karena seleksi OSIS mendapatkan hari sabtu, Malam dan seluruh panitia OSIS pun sudah lumayan santai karena telah mempersiapkan semua hal beberapa hari sebelumnya yang mana waktu dan tempat penyeleksian, sesuai dengan kesepakatan panitia OSIS sendiri.
Rapat kemarin membawakan hasil, ketika ada beberapa hal yang biasanya menjadi tahap penyeleksian di bebankan kepada pihak yang mampu ataupun mau untuk menangani di setiap pos yang di rencanakan. Mulai dari yang mudah, maupun susah, hingga game yang di masukkan sudah di rencanakan untuk di pertanggungjawabi oleh panitia OSIS yang terpilih.
Di Pos pertama terdapat tes pengenalan diri di muka umum, untuk sekedar perkenalan ke seluruh anggota ataupun calon anggota OSIS yang ada untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan tes ini akan di urus oleh Farah, Wanda dan Aryan.
Pos kedua adalah latihan baris-berbaris untuk melatih kedisiplinan diri juga agar memberikan pembelajaran tentang gerakan yang biasa digunakan pada setiap acara, hal ini akan di pandu oleh Juna, Malam, dan Sezha.
Pos ketiga adalah sesi wawancara untuk mengetahui seberapa banyak atau seberapa luas pengetahuan yang diketahui para calon anggota OSIS tentang organisasi yang mereka pilih itu, pos ini dilaksanakan sabtu depan dan akan diampu oleh Bima, Agra, Keysha dan Malam untuk kedua kalinya.
Juga untuk game yang di usung oleh Juna, akan di laksanakan oleh seluruh panitia OSIS yang ada.
"Al, aku mau pindah pos di bagian baris-berbaris aja."
Wanda membuka suara saat Malam baru saja akan duduk di bangku paling depan di antara bangku meja persegi panjang yang tengah mereka semua duduki.
Juna menoleh, menatap ke arah Wanda yang tengah memberi tatapan berharap kepada Malam.
Ia mendecak kesal, tak tahu harus bagaimana untuk memberitahu Wanda agar tidak membuat keputusan sepihak yang tentu saja tidak akan di setujui oleh Malam.
"Gue belum aja duduk, dan udah di kasih permintaan kekanakan kaya gini?"
Ujar Malam dingin, membuat seisi ruangan lebih menghening.
"Itu bukan permintaan kekanakan, aku cuma mau mau mengajukan diri aja, kalau ada yang nggak sanggup nantinya."
Malam menegakkan badan, tangannya yang sempat ia letakkan di sandaran kursi beralih kembali memasuki saku almamater OSIS-nya.
Tatapan Malam beralih, mengunci seluruh arah pandang anggota OSIS yang berkumpul satu ruangan dengannya.
"Apa ada dari kalian semua yang mau tukar pos penyeleksian?" Tanya Malam tiba-tiba, menanyakan suatu hal yang membuat para anggota OSIS terdiam, tak menjawab sama sekali.
Wanda mengulum bibir, batinnya hanya menegaskan berulang-ulang kali bahwa dirinya hanya ingin mengajukan diri untuk siapapun yang akan mengganti pos penyeleksian. Siapa tahu, ada beberapa dari mereka yang tidak sanggup mengampu pos yang dibebankan kepadanya, jadi Wanda tidak salah kan?
"Gue tanya sekali lagi, apa ada dari kalian yang mau tukar pos penyeleksian, dan apa ada juga yang merasa terbebani?" Beo Malam karena tak mendapatkan jawaban apapun.
Malam melengos, menoleh ke arah Juna yang tengah memainkan jari tangan di atas meja.
"Jun." Juna sedikit menoleh untuk merespon panggilan Malam untuknya. Juna tak menjawab, ia hanya memasang wajah bertanya sesaat setelah Malam memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Malam
Fiksi Remaja"Gue manusia, bukan siklus harian. Kalau lo bilang Malam sama Senja itu berdampingan, lo salah. Karena Malam akan muncul saat Senja udah nggak nampilin dirinya lagi. Dan Malam sama Senja itu diciptakan, agar hanya salah satu yang akan terlihat dan b...