03 - Pupus tapi bangkit

34 2 0
                                    

"Gue terima." Dua kalimat yang meluncur cepat dari bibir Malam membuat Senja membulatkan mata, ia tidak dapat membendung keterkejutan yang sedang ia rasakan.

Tunggu, ia tidak salah dengar, kan?

Juna, Bima bahkan seluruh siswa baru yang berada di dalam kelas pun hanya bisa melebarkan mata, atau beradu pandangan satu sama lain dengan mulut yang menganga.

Senja mencoba menguasai diri sendiri, dengan masih menetralkan jantung yang sudah berguncang tidak karuan karena perkataan yang ia dengar dari Malam tadi.

Mendapati Malam yang mengatakan bahwa ia menerima pengakuan perasaan yang tadi ia katakan, membuat Senja seolah melambung tinggi, ia bahkan tidak bisa membendung perasaannya dengan selalu memunculkan senyum bergingsul untuk menunjukkan bahwa kali ini ia benar-benar senang.

"Udah kan?" Malam memundurkan langkah beberapa kali ke belakang, memberi jarak kembali antara dirinya dengan Senja agar ia mampu bernafas lega.

Mendengar penuturan Malam tadi, Senja mulai meluruhkan senyuman dengan mata yang mulai menyipit karena merasa bingung. "M—maksud kak Alam?"

"Gue udah terima perasaan yang lo nyatain, jadi lo udah selesai, silahkan duduk." Ujar Malam dengan nada datar seperti biasanya.

Senja mengatupkan bibir, mulai mengerti maksud balasan Malam tadi.

Ah, Senja lupa. Dari awal, ia hanya tengah memainkan sebuah permainan yang Juna bawakan. Dan, Malam yang mendengar hal itu mungkin juga menganggapnya seperti permainan kekanakan biasa.

"Gue tau lo ngucapin itu cuma buat bercanda, dan tenang aja, gue nggak akan ambil pusing. Untuk hadiahnya, lo langsung minta aja ke Juna, tugas gue juga selesai, karena gue udah bantu lo dapetin hadiah itu." Malam juga kembali menatap ke arah Senja dengan tatapan dingin, membuat Senja membalas dengan tatapan terluka ke arahnya.

"Oke, kita hentikan permainan konyol yang Juna bawa saat ini." Merasa cukup dengan segala hal yang terjadi tadi, Malam pun beralih untuk bersiap keluar dari kelas, karena tugasnya untuk sekedar menyapa para siswa baru yang ada juga sudah Juna lakukan sebelumnya.

Senja mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian ia menggeleng pelan.

"Bukan." Suara Senja kembali terdengar, membuat Malam yang akan melangkah keluar dari kelas setelah berpamitan singkat kembali menghentikan langkah.

"Apa yang aku ucapin tadi, bukan semata-mata buat dapat hadiah kak."

Ujar Senja dengan nada parau, sambil menatap punggung Malam yang mulai menjauh ketika kakinya kembali ia langkahkan keluar dari dalam ruangan setelah mendengar ucapan Senja tadi.

                                     ☀

Kelas untuk pembahasan catatan bahan untuk MOS besok juga selesai dengan cepat, walau sempat di liputi perasaan canggung sekalipun. Beruntung, Juna mampu mencairkan suasana kembali untuk menghidupkan acara, yang mana itu lebih membantu Senja untuk menutupi rasa kekalutannya walau hanya beberapa saat saja.

Jingga, Violetta dan Fayra yang saat ini tengah berjalan keluar sekolah bebarengan dengan Senja pun sempat terdiam, walau setelahnya Jingga berujar cepat untuk membantu menghibur Senja yang sedari tadi hanya bisa menunduk lesu.

"Berani-beraninya kak Alam ngomong kaya gitu ke elo, Nja. Belum tau aja dia pesona lo kaya gimana." celetuk Jingga.

Tentu, apa yang ia katakan berhasil memancing perhatian Senja.

"I—iya, kasih perhitungan ke kak Alam, Nja. Kalau suatu saat nanti, kak Alam pasti bakal lo bikin nyesel, dan mau nerima perasaan lo tanpa embel-embel permainan apapun."

Senja dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang