05 - Hukuman

24 0 0
                                    

Senja sudah berdiri di depan, berdiri sejajar dengan beberapa murid baru yang juga kena masalah karena lupa atau kurang bisa memecahkan tugas yang para OSIS berikan.

Sebenarnya Senja tidak terlalu salah, hanya saja ia terkesan ceroboh. Toh, semua barang yang harus dibawa sudah ia beli, cuma ya, karena kecerobohannya jadi sekarang ia juga ikut ke barisan murid yang menyalahi tugas dari para OSIS.

Ada sekita 11 orang termasuk Senja, rata-rata cowok yang kelihatan berwajah acuh, mereka mungkin lupa atau memang sengaja tidak membawa barang yang ditugaskan, karena malas untuk ribet cari ini itu. Dan beberapa juga dari cewek-cewek dengan penampilan centil yang bisa Senja su'udzonkan, mereka itu sengaja untuk tidak membawa beberapa barang agar menerima hukuman yang point plus nya mereka bisa berposisi lebih dekat dengan para OSIS yang ada.

Sumpah ya, Senja benar-benar membenci hari ini. Yang pertama ia tidak terlalu suka menjadi pusat perhatin, karena banyaknya siswa baru yang melihat dirinya. Dan kedua, sedari awal dia membuat masalah ini, rasanya sudah terlihat satu orang yang tengah mengibarkan bendera permusuhan kepadanya.

Siapa lagi kalau bukan si Wanda, dia bahkan berdiri di sebelah Senja sembari memasang wajah sengit. Matanya tak lepas untuk bolak-balik melihat tubuh Senja dari atas ke bawah. Senja tentu saja risih dilihat seperti itu, memangnya Senja cewek apaan! Diliatin cogan apalagi Malam tentu tidak menjadi masalah, tetapi ini Wanda! Ia tidak akan berpikir kalau Wanda memiliki niat terselubung di dalamnya kan? Seperti memberi perhatian lebih kepadanya makanya ia memperhatikannya atau malah ingin memusuhinya, atau malah jangan-jangan Wanda menyukainya?!! Hihh, membayangkannya saja membuat Senja bergidig sendiri.

"Ngapain lo gidig-gidig dari tadi?" Suara Wanda memecah pemikiran semrawut Senja yang kadang tidak masuk akal, ia kemudian menoleh pada Wanda yang kini sudah berdiri beberapa langkah di hadapannya.

Senja memasang wajah polos ketika Wanda melihatnya dengan tatapan, jijik?

"Nggak." Jawab Senja singkat, membuat Wanda langsung memasang wajah kaget karena merasa senioritas yang ia junjung tinggi tercoreng karena sifat tidak sopannya Senja.

"Lama-lama lo ngelunjak ya jadi anak baru kaya gini?!!"

"Ngelunjak lagi ngelunjak lagi. Gue, aku, saya, i, aing harus ngejawab ke lo, kamu, dirimu, you, situ, ente pake jawaban kaya apa?" Jawaban super cepat dari Senja membuat Juna yang sedang memperhatikan keduanya kontan melongo, walau setelahnya ia malah tertawa kecil.

"Udahlah Nda. Yang penting dia ngejawab kan? Lo sendiri yang bilang dia nggak sopan karena make gue-lo atau apapun itu." Juna menyambung cepat, mencoba membela, yang seketika membuat Senja tersenyum puas.

"Nah itu, Kak Juna juga dengar tadi, apalagi gu—eh saya yang diomongin."

"Ck, kok lo malah ngebela dia si Jun?" Wanda merajuk, ia memegang lengan Juna centil sambil melirik sebal ke arah Senja. Senja hanya membalas memasang wajah masa bodoh.

"Bodoamat lah, dasar mak lampir." Ucap Senja asal membuat Wanda yang mendengar langsung murka. Sedangkan Juna, ia langsung menepis tangan Wanda kemudian tertawa ngakak.

"Ih! Kok lo nyebelin banget si!" Wanda berdecak kesal ketika Senja yang setelah mengatainya malah memasang wajah tidak bersalah.

"Nyebelin, ngeselin, nyebelin, ngeselin. Lama-lama gue berasa jadi pacar anda tau tidak?" kata Senja kembali mengenakan bahasa formal yang di campur aduk, yang semakin membuat Wanda emosi di buatnya.

"Heh lo!! Lo punya mulut di jaga ya!!" Senja memutar bola matanya malas. Kesal sekali ia meladeni sifat Wanda yang jauh dari kata makhluk normal.

"Sekarang, gue beri hukuman ke lo, muterin lapangan 20X nonstop!" Ucapan Wanda membuat Senja membelalak. Lari memutari lapangan? Rekor lari yang biasa ia capai mungkin sebatas lari ke komplek buat ngejar tukang sayur. Lah ini, mutari lapangan, bahkan 20X?!! Wanda gila ya?!!

Senja dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang