12 - Awal masuk kelas

26 1 0
                                    

"Ah elah nggak beruntung banget nasib gue kali ini." Jingga mendengus kesal, merasakan perasaan sebal yang sedang ia rasakan sedaritadi. Bukan tanpa alasan Jingga merasa kesal seperti ini, ia sedang kesal karena ia satu kelas dengan Alea Kadhita, saingannya yang centil itu. Sebenarnya yang awalnya sedikit sebal ke Alea itu Violetta, tapi karena Jingga mendengar obrolan Alea dan gengnya yang juga membawa-bawa nama Juna, tentu ia langsung saja sebal.

"Nggak beruntung lo sekelas sama kita-kita?" Balas Fayra sedikit sewot karena salah paham. Jingga yang mendengar langsung mencebik.

"Ih bukan itu! Masa lo pada nggak paham si maksud gue apaan." Jingga memberenggut kesal, menatap sinis ke arah tiga sahabatnya yang kini sekelas bersamanya juga. Well, di antara keberuntungan itu masih ada terselip sedikit ketidak beruntungan yang Jingga dan rasakan.

"Kagak." Balas Fayra cuek.

"Lo paham kan let?" tanya Jingga beralih pada Violetta, yang tentu langsung mengangguk karena ia paham akan apa yang Jingga maksudkan.

"Ohh si onoo." Gumam Senja yang mulai memahami arah pembicaraan yang di maksud Jingga. Ia sempat mengedarkan pandangan tadi, dan mendapati Alea serta teman sebangkunya kemarin yang duduk satu kelas dengannya. Alea serta dua sahabatnya sepertinya sudah membuat geng sendiri, bahkan gengnya sekarang tengah bergosip ria dengan suara keras, membuat beberapa orang yang di sebelahnya kelihatan merasa terganggu.

"Dianya nggak ngapa-ngapain lo, kalau ngapai-ngapain baru kita gebukin rame-rame." Balas Violetta di belakangnya yang mendengar gerutuan Jingga.

"Iya si, tapi dia daritadi ngoceh terus kaya caleg. Dikira gue nggak keganggu apa sama suaranya yang kaya gagak lagi lahiran itu. Dan lo hati-hati juga let, selain dia ngomongin kak Juna tadi, kemarin-kemarin dia juga sempat centil ke kak Bima, kan?!" Sungut Jingga masih saja kesal.

"Dia napas aja kayaknya lo langsung sensi, Ngga. Udahlah, ribut aja lo." Sambung Senja, jengah dengan sifat Jingga yang tiba-tiba berubah ketika menyangkut Lea.

"Emang." balas Jingga seadanya.

Senja memutar bola matanya malas.

"Eh, btw lo jadi ngasih hadiah ke kak Alam kan, Nja?" Fayra yang duduk di sebelah Jingga bertanya penasaran, membuat Jingga dan Violetta teringat dengan apa yang Senja katakan pada mereka bertiga kemarin, Violetta dan Jingga kemudian melakukan hal yang sama dengan Fayra, menatap penasaran kepada Senja.

"Oh itu, iya tadi pagi-pagi buta gue udah ngasih ke loker kak Alam. Nggak nyangka, selain gue ada banyaak banget hadiah di dalamnya." Senja menjelaskan sedikit tentang apa yang ia lakukan tadi pagi.

"Kalau itu si, gue udah nebak. Gimana terkenalnya kak Alam di sekolah, pasti banyak juga fansnya yang bakal ngintilin dia, atau ngasih hadiah-hadiah ke lokernya kaya gitu."

"Kaya gue maksud lo?" Tunjuk Senja pada dirinya sendiri setelah di rasa tersindir oleh omongan Jingga yang ia lontarkan tadi.

"Lah iya, lo termasuk." Balas Jingga pura-pura baru mengingat.

"Kata lo banyak hadiah di dalam loker, kalau hadiah lo nggak diambil gimana? Atau bahkan gimana kalau hadiah lo nanti nggak dilihat sama sekali?" Kata Fayra membuat yang lainnya mengangguk menyetujui dengan pertanyaannya.

"Tenang aja, kalau trik kaya gitu si gue jagonya. Kak Alam pasti cuma ngelirik punya gue doang." Balas Senja memasang wajah bangga, tetapi yang lainnya malah memasang wajah curiga.

"Gue mencium bau-bau kejanggalan di sini." Celetuk Jingga dramatis.

"Iya, gue juga." Balas Fayra ikut-ikutan.

Senja dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang