22 - Cerita bunda

8 0 0
                                    

Tepat pukul 4 sore, Senja baru saja menginjakkan kakinya di depan rumah setelah hampir beberapa menit lamanya ia bercerita banyak hal di dalam angkot bersama Jingga ketika dalam perjalanan pulang.

Awalnya Senja memang akan di jemput Kresna karena tiba-tiba saja abangnya menawari untuk menjemput, tetapi berhubung Jingga malah tidak ada yang menjemput, jadi Senja lebih memilih untuk pulang bersama Jingga karena tidak tega kalau Jingga pulang sendiri dan juga karena arah rumah mereka kebetulan juga sama.

"Assalamu'alaikum."

Senja membuka kenop pintu, kemudian mendorongnya pelan setelah melepas sepatu untuk ia letakkan di atas rak.

"Assalamu'alaikum hellaaauwww ada orang di rumah????" Beo Senja ketika ia belum mendapati seseorang yang menjawab salamnya.

"Wa'alaikum sallam, udah pulang?" Jawab seseorang dari samping ruangan, yang mana berasal dari arah ruang keluarga.

Senja yang melihat Bundanya, Mega pun mulai mendekat, kemudian menjulurkan tangan untuk menyalaminya.

"Iya, baru pulang. Bunda sendirian di rumah, kok kaya sepi banget?"

"Iya, ayah tadi siang pergi. Abang juga udah pergi, mau jalan-jalan katanya."

Senja menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Paling ke rumah bang Rey, bun." Celetuknya, karena ketika Kresna sedang dalam mode bosan, gabut atau tidak memiliki rencana apapun, ia pasti akan menghampiri kakak sepupunya.

"Iya mungkin." Jawab Mega kemudian beralih mulai mendudukkan dirinya di atas sofa, dengan Senja yang juga melakukan hal sama. "Oh iya, gimana hasil seleksi kamu? Lancar, kan?"

Senja yang memang awalnya sangat ingin menceritakan tentang hasil seleksi tadi langsung memperlihatkan senyuman lebar atas pertanyaan Mega. "Lancar, mah. Senja lanjut ikut seleksi tahap kedua."

Mega yang mendengar kabar baik dari Senja beralih mengelus lembut surai hitam gadis remajanya. "Sukurlah kalau gitu."

"Seleksinya ketat banget ya?" lanjut Mega.

Senja langsung mengangguk. "Iya ketat banget, beruntung di angkatan Senja nanti lumayan banyak yang mau di rekrut. Jadi, Senja bisa berharap banyak, semoga nantinya Senja bisa lulus."

"Bunda yakin, anak gadis bunda bakal lulus kok." kata Mega penuh dukungan. Karena ya, dia memang tau bahwa anak perempuan semata wayangnya teramat sangat menyukai organisasi, apalagi Senja memang tipikal anak yang kompetitif dan tidak gampang menyerah. Jadi Mega yakin, Senja pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Senja pun terkekeh kecil. "Amiin."

Senja baru menyadari adanya benda yang bisa di lihat sekilas merupakan sebuah album foto, yang saat ini tengah di genggam oleh Mega. "Album foto siapa, bun?"

Mega kembali menjatuhkan pandangan ke arah album foto yang ia bawa. "Ah, ini." Mega kemudian menopangkan album foto yang ia bawa di atas paha.

Bersamaan dengan itu, suara seseorang mengucapkan salam kembali terdengar yang membuat mereka berdua menoleh ke arah pintu masuk, yang ternyata terdapat Kresna di sana.

"Tumben cepet?" tanya Mega pertama kali. Kresna yang tengah berjalan ke arah mereka berdua hanya mengangguk kecil.

"Lagi pengin pulang cepet aja."

"Bohong banget." cibir Senja.

Kresna yang tengah melewati tubuh Senja pun beralih menyentil dahinya. "Komen aja lo."

Senja langsung mengusap bekas sentilan Kresna sambil mendesis kesal. "Ish! Abang!"

"Iya adekku, kenapa?" Bukannya merasa bersalah, Kresna malah menjulurkan lidah untuk meledek sambil mulai mendudukkan diri di sebelah Mega.

Senja dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang