08 - Penghilang rasa kesal

24 1 0
                                    

Tak terlalu banyak siswa yang berlalu lalang saat ini, karena kegiatan sekolah yang sudah selesai beberapa saat yang lalu. Walau tentu saja masih terlihat beberapa guru yang masih bolak-balik di ruangan guru atau sekitar koridor. Dan juga masih ada Pak Sepul, pahlawan kebersihan sekolah yang masih menyapu di halaman depan sekitar lapangan Airlangga.

Seorang laki-laki dengan sorot tajam berjalan di koridor yang disebut. Sembari sesekali ia sedikit membungkukkan tubuh untuk menghormati guru yang berpapasan dengannya. Laki-laki yang memasukkan tangan di dalam saku Almamater OSIS itu berjalan tanpa berhenti, karena ada satu ruangan yang akan ia tuju kali ini.

Malam melangkahkan kakinya, mengarah pada ruang rapat OSIS yang berada di deretan ruangan paling pojok. Ia ada jadwal rapat OSIS hari ini, setelah beberapa saat yang lalu ia mengumumkan akan ada rapat mendadak.

Sebenarnya Malam malas untuk melakukan rapat dadakan, ini karena salah Pak Dito yang selalu saja memanggilnya tanpa henti untuk menanyakan hal tidak penting yang masih saja dibahas, jadinya ia harus selalu mengundur-undur waktu rapat yang alhasil menjadi mepet seperti saat ini.

Untuk rapat OSIS sendiri, ada beberapa hal yang akan di sampaikan Malam. Mengingat MOS yang sudah akan selesai dan harus memikirkan penutupannya, juga untuk mendiskusikan beberapa hal yang akan ditangani oleh OSIS kedepannya.

Pintu masuk ruangan OSIS terlihat, Malam kemudian membuka pelan kenop pintu yang ia pegang. Matanya langsung disuguhkan dengan pandangan beberapa orang yang juga sedang menatap balik ke arahnya saat ia membuka pintu.

"Apa?" Tanya Malam memicing membuat yang lain menggeleng. Mereka hanya terkejut saat Malam tiba-tiba membuka pintunya.

Melihat jawaban——ralat, respon yang diberikan membuat Malam memutar bola matanya. Kursi yang berada paling ujung menjadi tujuan Malam kali ini, karena ia memang terbiasa mendudukkan dirinya di sana. Sebagai pembicara, Juna juga sudah duduk manis di kursi sebelahnya.

"Pak Dito manggil lo buat ngapain lagi si?" Kata Sezha, gadis pucat berambut sebahu.

"Gue nungguin lo berasa nungguin doi balik muncul ke permukaan bumi." Kata Sezha sembari mendengus kecil, yang mana cuitan seperti ini memang biasa keluar dari bibir Sezha, hingga Malam hafal.

"Lo-nya aja nggak laku dari dulu." Ledek Wanda dalam, yang langsung membuat Sezha mengepalkan tangan erat.

"Dih, ngaca lo. Dasar jomblo lumuten." Balas Sezha tak mau kalah membuat Wanda mendelik kesal kearahnya, tapi kemudian ia langsung tersenyum.

"Jomblo gini juga banyak yang ngantri kok." Wanda memainkan rambut ala-ala bintang iklan shampo. Membuat Sezha memutar bola matanya malas.

"Ngantri ngejadiin lo babu kali." Sahut Sezha, kemudian ia tertawa yang langsung disambung oleh yang lainnya.

Wanda mendecak sembari sesekali melirik pada Malam. Andai saja Malam tidak ada saat ini, mungkin ruangan OSIS sekarang sudah menjadi arena pertarungan antara Sezha dan Wanda.

Malam yang mendengar pertengkaran mereka berdua pun lagi-lagi menghela nafasnya kasar. Niatnya untuk mengadakan rapat malah menjadi seperti ini.

"Enough." Malam berucap dingin, membuat yang lain langsung menghentikan aksi yang sedang dilakukan.

"Wanda." Panggil Malam membuat Wanda yang akan duduk langsung berdiri kembali, terkejut karena Malam memanggil namanya secara tiba-tiba.

"Iya Al, aku sama——."

"Keluar." Sambung Malam, tak menghiraukan Wanda yang sudah bersiap nyerocos langsung kicep.

"Al—."

Senja dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang