23 - jalan lain

4 0 0
                                    

Senja dan Jingga datang lebih awal ke kelas daripada Violetta dan Fayra yang bahkan belum menampakkan batang hidungnya sama sekali.

Dan karena datang terlebih dahulu, mereka berdua sedari awal memang sudah membuat perbincangan. Juga, di karenakan mereka berdua memang duduk di satu bangku-meja yang sama, hal itu memudahkan Jingga dan Senja untuk lebih banyak membahas hal-hal baru yang memang ingin di bicarakan.

Entah tentang selebriti yang tengah naik daun, berita dating bias Jingga atau yang lebih menegangkan lagi, mereka berdua juga sempat membahas tentang jadwal penyeleksian OSIS yang akan di laksanakan tiga hari lagi.

Bagi Jingga yang notabenya baru pertama kali mengikuti hal seperti ini, apalagi sekali dia ikut seleksi, Jingga malah langsung mendapatkan sekolah yang penyeleksian sangat teramat ketat membuatnya sesekali merasakan adanya perasaan cemas, yang tentu saja langsung di tepiskan oleh Senja, untuk membuat Jingga selalu positif thinking.

Ada hal manjur memang untuk Senja membuat Jingga kembali berpikiran positif, yaitu dengan menyambungkan tentang adanya Juna, agar Jingga lebih bisa mendapat kekuatan. Dan seperti apa yang di pikirkan, hal itu tentu saja manjur, karena tingkat kebucinan Jingga memang sudah mendarah daging.

Tapi perbincangan di antara Jingga dan Senja terhenti tatkala kemunculan Fayra dan Violetta membuat Jingga dan Senja beralih pandangan ke arah mereka berdua.

"Cieh, pagi-pagi udah gosipin gebetan, ya?" ujar Violetta.

"Iya dong, pagi-pagi harus ada asupan ayang bebeb." balas Jingga dengan nada sumringah.

Violetta mendengus, kemudian memaksakan senyum kecil. "Dasar bucin."

Jingga mengendikkan bahunya beberapa kali. "Biarin."

"Omong-omong, gue baru ingat waktu kalian bicarain sosok ayang bebeb." celetuk Fayra yang membuat mereka bertiga menoleh ke arahnya.

"Jangan bilang, lo juga udah punya?"

Jingga menutup mulut tidak percaya. "Sumpah udah ada lo? Siapa? Kaya gimana orangnya? Tahan banting banget kalau beneran mau sama lo." tanya Jingga bertubi-tubi.

Fayra menepuk jidat. "Bukan gue maksudnya. Lagian, tahan banting apanya? Lo kira gue kaya tembok?"

Jingga tersenyum lebar.

Sedangkan Senja kontan mengerutkan dahi, ketika Fayra menyatakan hal yang terlalu ambigu. Hal itu tentu saja membuat dirinya sedikit bingung. "Terus apa?"

Jeda sebentar, Fayra sempat menerbitkan senyum kecil, kemudian ia meletakkan salah satu tangannya di atas meja dengan dagu yang ia topangkan di sana. "Ayang bebeb yang gue maksud itu, inceran si Senja."

Mereka bertiga melotot. "Eh? Kak Alam maksud lo?" sahut mereka serempak.

"Iya kak Alam."

"Gimana bis—maksud gue, emang ada apa sama kak Alam?" tanya Senja penasaran.

"Gini ya. Lo tau gue masuk ekskul karate, kan?"

Senja mengangguk. "Iya, kenapa?"

Fayra tersenyum kecil. "Ternyata, kak Alam itu ketua ekskulnya."

Tidak mampu mengontrol respon, Senja lagi-lagi membelalak. "Demi apa? Beneran lo?!"

Senja memang tahu bahwa Malam adalah tipikal orang yang aktif dalam kegiatan sekolah, bahkan sedari dulu saat ia mengenal Malam di jenjang SMP. Karena hal itu, Senja tidak terlalu terkejut ketika Malam menjadi ketua OSIS di SMA Airlangga. Tetapi, bukan Malam namanya kalau tidak bisa membuat Senja terkesan lagi dan lagi. Karena selain menjadi ketua OSIS, ia juga tahu bahwa dulu Malam bahkan pernah beberapa kali memenangkan olimpiade, dan tidak berhenti sampai di situ, karena kali ini ia mendapat informasi baru bahwa ternyata Malam juga menjadi ketua ekskul karate di Airlangga. Bagaimana Senja tidak bisa berhenti mengagumi sesosok Malam kalau seperti ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang