bagian lima

1.6K 154 5
                                    

Awalnya Yeri mengira bahwa Jaehyun adalah anak manja yang suka menghamburkan uang dan menyalahgunakan privilege yang dia miliki. Bahkan dari desas-desus yang beredar di kampus, Jaehyun adalah orang yang angkuh dan arogan.

Namun semuanya tidak benar, Jaehyun tidak seperti itu. Hanya saja Jaehyun adalah orang pemaksa dan keras kepala.

Yeri sudah menceritakan segala hal tentangnya pada Jaehyun semalam. Jaehyun tidak memintanya untuk melakukan 'itu' tetapi malah mengajaknya untuk mengobrol.

Jaehyun adalah satu-satunya orang yang kini mengetahui cerita masa lalu Yeri. Yeri tidak menyangka bahwa dirinya akan menceritakan segalanya pada Jaehyun.

Sejak awal dia berkerja untuk Jaehyun, Jaehyun selalu bersikap biasa saja namun kadang juga manis pada Yeri. Yeri merasa, hubungan mereka seperti layaknya seorang kekasih.

Dalam kontrak yang keduanya tanda tangani, hanya tertulis Jaehyun akan berhenti meminta Yeri bekerja untuknya jika lelaki itu sudah bosan dan Yeri harus membayar sepuluh kali lipat jika perempuan itu berani bermain dengan pria lain. Disana tidak tertulis mengenai urusan hati karena Jaehyun dari awal juga tidak menyinggungnya.

Saat ini, keduanya masih berada di atas tempat tidur. Yeri sudah terbangun namun dia memilih untuk diam karena Jaehyun memeluknya.

Dengan perlahan, Yeri melepas pelukan Jaehyun lalu keluar dari kamar. Dia melihat jam, dan waktu menunjukkan pukul dua dini hari.

Yeri segera mengambil air dan meminumnya.

"Kau terbangun?" Yeri hampir saja menyemburkan air pada Jaehyun yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Jaehyun yang masih mengantuk, hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kau menghilang, Jena."

Yeri meletakkan gelasnya di atas meja kemudian menatap Jaehyun. "Jae," Yeri menangkup kedua sisi wajah Jaehyun dengan tangannya. "Kau mengenalku sebagai Yerim, tolong ingat itu."

***

Kelas berakhir pada pukul tiga belas lewat sepuluh. Yeri selalu menjadi orang yang terakhir keluar dari ruangan, bersamaan dengan Professor Choi.

"Bagaimana dengan tempat magangmu, Yerim?" tanya Professor Choi.

"Aku sudah mengirimnya, Prof. Aku harap, aku bisa magang di The Kim's."

Professor Choi tersenyum pada mahasiswi kesayangannya itu. Perempuan lima puluh tiga tahun itu, mengusap bahu Yeri.

"Jika The Kim's menolakmu, kau bisa apply di Jungsam Corp—perusahaan milik Ayah Jaehyun—atau nanti aku tempatkan kau di luar negeri. Aku punya kenalan di Hongkong, Shanghai dan Jepang. Kau bisa memilih diantara itu."

Yeri mengangguk atas penawaran menggiurkan Professor Choi. Dia memberi salam sebelum Professor berlalu meninggalkanya.

Yeri mengeratkan pelukannya pada laptop yang ia dekap. Suasana kampus siang ini cukup ramai. Banyak adik tingkat yang berlalu-lalang. Yeri melangkahkan kakinya keluar dari gedung fakultas. Perempuan itu melihat sosok yang tidak asing baginya di parkiran.

Jaehyun bersama dengan Doyoung. Kedua lelaki itu sedang mengobrol di parkiran fakultasnya. Mata Yeri dan Jaehyun bertemu lalu dengan cepat Yeri membuang muka dan kembali berjalan.

Malam ini hingga lima hari kedepan, Yeri tidak ke apartemen Jaehyun karena tamu bulanannya datang. Yeri sempat was-was karena tidak kunjung mendapat tamu bulanan. Namun kini dia dapat bernapas lega.

***

Lonceng pintu minimarket berbunyi saat Yeri masuk. Perempuan itu langsung berjalan menuju rak yang berisi kumpulan makanan siap saji.

Ada berbagai jenis makanan siap saji disana. Tidak perlu waktu lama untuk Yeri memilih makanannya, dia mengambil satu sandwich dan satu susu pisang.

Setelah membayar, Yeri duduk di depan mini market. Dia menghabiskan sandwichnya kemudian kembali masuk ke dalam mini market untuk membeli pepero.

"Bolehkah aku duduk disini?"

Yeri mengangkat wajah dan melihat Nyonya Jung sudah duduk pada kursi di depannya. Reflek Yeri berdiri kemudian memberi hormat pada wanita itu.

Nyonya Jung tersenyum. "Kau Kim Yerim?"

Yeri mengangguk. "Benar, Nyonya."

"Kau sudah pasti tau aku, bukan? Iya. Aku Ibunya Jaehyun." Perempuan itu memangku tas yang dia bawa. "Kita sering berpapasan di lift bukan?" Yeri mengangguk. "Aku hanya ingin mengenalmu secara lebih dekat. Aku senang karena Jaehyun memiliki kekasih yang baik dan perhatian sepertimu."

"Nyonya, saya bukan kekasih Jaehyun. Sepertinya anda salah paham."

Nyonya Jung kembali tersenyum. Dia menatap Yeri dengan seksama, memperhatikan wajah Yeri.

"Kau tahu? Dulu Jaehyun tidak suka sarapan. Bahkan sampai dia berkuliah, anak itu jarang sarapan. Sampai Ahjuma Song mengatakan bahwa kini Jaehyun sudah terbiasa sarapan, aku sangat terkejut. Maka dari itu aku sering datang pada pagi hari. Dan benar saja, sudah ada sarapan di atas meja." jelas Nyonya Jung panjang lebar. "Awalnya, aku kira kau adalah salah satu penghuni apartemen. Kemudian aku tersadar saat wangi parfummu sama dengan wangi parfum yang aku cium di apartemen Jaehyun."

***

Seorang gadis berumur tujuh belas tahun berjalan dengan terburu-buru memasuki lobi gedung perusahaan milik keluarganya. Dia berdecak saat melihat lift yang penuh. Tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk menggunakan lift eksklusif yang biasanya hanya bisa digunakan oleh pejabat dan tamu VIP.

"Nona Kim," seorang satpam yang mengenalnya mencegah gadis itu untuk masuk ke dalam lift. "Anda bisa menunggu beberapa saat lagi." saran satpam itu.

Namun gadis itu tetap menolak, dan membuat satpam itu pasrah.

Dia langsung menekan tombol angka sepuluh, lantai dimana ruangan Ayahnya berada.

Saat pintu lift terbuka, gadis itu langsung disambut oleh beberapa orang yang duduk di depan ruangan Ayahnya, yang sepertinya menunggu sang Ayah.

"Apa aku bisa masuk?" tanya gadis itu pada sekretaris Ayahnya.

"Mohon maaf nona, Tuan Kim sedang kedatangan tamu." jawab wanita berumur dua puluh sembilan tahun itu. "Tapi, Nyonya Joohyun juga sedang berada disini. Apakah nona ingin saya antar?"

"Tidak perlu," tolak gadis itu kemudian dia melangkah menuju ruangan dimana Ibunya berada.

"Ibu."

Joohyun menoleh dan mendapati anak perempuannya sedang berjalan kearahnya.

"Bagaimana kuliahmu, Winter?"

"Berjalan seperti biasa." jawab Winter. "Ibu, bisakah aku dijodohkan dengan Jaehyun Oppa saja? Aku tadi bertemu dengannya di parkiran fakultasku."

"Memangnya ada apa dengan Sungchan? Kalian kan sudah berlibur bersama di Jeju, apakah kalian tidak semakin dekat?"

Winter mendengus mendengar perkataan Joohyun. Dia kembali mengingat liburannya bersama Sungchan, yang berakhir dengan keduanya malah bertengkar.

"Ibu, aku mohon..."

Joohyun tersenyum. "Minjeong-a, jalani saja dulu. Kalian masih dalam tahap pendekatan, jika kau keras kepala, kau bisa membicarakannya dengan Ayahmu atau Kakek dan Nenekmu."

"Bagaimana jika Junkyu saja yang dijodohkan?"

LEAVE ME AFTER SUNRISE [JAEHYUN X YERI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang