Chapter 112

422 112 69
                                    

"Tempat pelurunya hanya bisa memuat hingga 12 buah peluru karena ini adalah salah satu desain yang lebih awal. Meskipun aku belum pernah melihatnya sebelumnya, desain-desain lama seperti ini mudah untuk ditebak. Aku cukup yakin ini adalah P229 yang diakuisisi oleh Jerman pada tahun 1991. Harusnya ini adalah pistol SIG Sauer P229, "dia menyelesaikan, meleparkan pistol itu ke samping lagi.

Kelompok Taeyong tidak memiliki harapan lagi dan mereka sedang berdoa bahwa Wendy mengetahui sesuatu tentang senjata itu dari pengalaman aktingnya yang sebelumnya, tepat seperti keberuntungan yang dia miliki di ronde terakhir kali.

Tapi secara alami, mereka sudah siap untuk sebuah pertarungan. Jika semuanya tidak berjalan dengan baik, mereka semua akan menyerang orang-orang asing itu, mengalahkan sebanyak yang mereka bisa mumpung mereka tidak akan diselamatkan juga.

(T/N: diselamatkan disini itu gak akan gak ditembak juga)

...

"Jadi? Apakah jawabanku benar atau tidak?" Wendy memandangi pria botak yang diam itu, tanpa ekspresi.

Pria botak itu hanya menjawab beberapa saat kemudian dengan nada yang dingin, "Aku dengar dia bilang kamu seorang aktris."

"Kamu benar," Wendy tidak menyangkalnya. Dia adalah seorang aktris sekarang, bekerja keras dengan sendirinya, mengejar tujuannya dengan bakat dan usahanya.

"Tidak heran, sebagai seorang aktris kamu pernah terlibat dalam adegan penembakan. Jadi begitulah caramu mengetahui tentang senjata-senjata ini, bukanlah sesuatu yang terlalu mengesankan,"pria botak itu mencemooh dan menerima ilmunya begitu saja.

(T/N: maksudnya itu si pria itu gak terlalu mikirn ilmu Wendy, dia percaya aja kalau Wendy dapat pengetahuan senjatanya dari pengalaman akting)

"Aktris?! Benar-benar sampah yang begitu tidak berguna yang hanya tahu bagaimana untuk menjual tubuhnya dan terlibat dalam transaksi-transaksi yang kotor! Membunuh seekor babi yang menjijikkan sepertimu akan lebih baik dilakukan hanya dengan tanganku," ejek Alice, menatap ke arah Wendy dengan tajam karena dia secara naluriah membenci para aktris-aktris.

"Hehe, Aliceku sayang, aku sudah bosan dengan permainan ini. Bagaimana kalau kita mengubah aturannya? Apa yang lebih menarik daripada mengenali senjata?" Pria botak itu bertanya pada Alice dengan sugestif.

"Bukankah kamu suka melihat mereka berkelahi di antara mereka sendiri? Biarkan mereka membunuh satu sama lain, dan kita bisa menikmati pertunjukan mereka," jawab Alice.

"Oh ya, itu mengingatkanku," pria botak itu berkata dan berdiri dengan sebuah senyuman saat dia melihati anak buah Taeyong, "Babi bodoh, bukankah kamu ingin membunuh wanita itu tadi? Ini kesempatanmu, pergilah dan cekek dia sampai mati dan aku akan mempertimbangkan membiarkanmu hidup. Bagaimana menurutmu? Kamu tidak terlalu sering mendaptakan kesempatan-kesempatan langka seperti ini dalam hidupmu."

Anak buah Taeyong, yang kemeja putihnya basah oleh keringat, memiliki ekspresi yang berubah, "Kamu...apakah kamu sedang serius?! Kalau kamu..."

Sebelum dia bisa selesai berbicara, pria botak itu tertawa, "Tentu saja, sobat, aku adalah seseorang yang menghormati aturan. Selama kamu mengikuti aturanku, maka kamu akan memiliki sebuah kesempatan untuk hidup."

"Baiklah, itu adalah sebuah kesepakatan!" Kata anak buah Taeyong.

"Aku menantangmu!" Johnny meraung padanya seperti seekor binatang buas yang marah.

Chanyeol sudah dengan tegas memerintahkannya untuk melindungi aktris itu.

"Babi bodoh, jangan melakukan apapun yang sembrono dan lihat saja. Kalau tidak, aku akan menembak otakmu," kata pria asing lainnya kepada Johhny sambil menodongkan sebuah pistol ke arahnya.

Full Mark Hidden Marriage - Chanyeol 💍 WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang