Arunika Anindia Pamungkas, Inka sebutannya. Atlet renang dari Yayasan Keberbakatan Olahraga, seorang gadis dengan karakter yang rumit. Dia ditakdirkan hidup dengan hati yang beku.
Ini bukan tentang kisah cinta yang pilu, melainkan tentang rumah den...
"Kau tidak akan pernah bisa menghapusnya dari ingatanmu, yang bisa kau lakukan hanyalah berpura-pura lupa."
- SIA
***
27 Desember 2014
Tampak samping seorang gadis dengan baju kaos berwarna coklat muda yang semakin menampakkan kulit putihnya. Inka duduk sendiri di ruang makan dengan menu sarapan pagi di atas meja. Entah apa yang sudah mengganggu pikirannya, pandangannya tampak kosong tanpa tujuan.
Seorang wanita tiba untuk sarapan bersama Inka. Yana mengoleskan selai pada roti dan menuangkan susu untuk putrinya yang terlihat sangat tenang pagi itu.
Setelah selesai menyiapkan sarapan, Yana pergi menarik kursinya, ia duduk tepat di hadapan Inka. Gadis itu seperti sedang tidak baik-baik saja. Inka duduk di sana tanpa melakukan apapun, ia bahkan tidak menyentuh makanannya.
Inka melihat ibu yang sedang menuangkan air pada gelas. Suara gemerucuk air yang dituang seketika mengingatkannya pada sesuatu yang mengerikan.
"Aku tidak ingin pergi ke sekolah lagi," ucap Inka.
Inka POV
11 jam yang lalu ...
GEDUNG OLAHRAGA YAYASAN KEBERBAKATAN OLAHRAGA
10.00 PM, 26 Desember 2014.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang gadis meletakkan ransel pada loker, ia tampak akan pergi berlatih renang seorang diri dengan pakaian renangnya, Inka membawa jaket dan ponsel miliknya. Untuk bocah usia 14 tahun ia terbilang punya nyali.
Latihan renang yang sangat tenang di malam hari, dinginnya air memenuhi tubuh gadis itu. Ia mencoba menyatu dengan air tanpa membuat suara yang jelas di sana.
Setelah beberapa putaran Inka terhenti di tengah-tengah latihan, matanya melirik waspada dari wajah yang basah, ia seperti merasakan kedatangan seseorang.
"..."
Inka menengok ke sekeliling gedung, nampaknya ia hanya sedang tidak cukup berani malam itu. Inka segera menyelesaikan latihan renangnya, melakukan beberapa kali putaran lagi sebelum akhirnya menepi dan naik ke permukaan.
Jam besar pada dinding di atas sana menunjukkan pukul 10 malam. Inka memakai jaket miliknya melapisi pakaian renang dengan jaket tersebut.
Pantulan cahaya bulan malam itu mengisi penuh ruangan yang sangat luas hingga tidak dibutuhkan lagi penerang tambahan. Inka berjalan pergi menyusuri tepi kolam dengan kaki yang basah.
Lagi-lagi ia kembali merasakan sesuatu, perasaan seperti seseorang tengah memperhatikannya. Namun Inka mencoba tidak peduli dan tetap fokus pada langkahnya.