BAGIAN 14 : Bedebah sialan

133 74 119
                                    

"Jika matahari tengah bersinar, beri tahu hujan agar jangan datang, kecuali jika ia bisa menjanjikan pelangi setelahnya."

- SARAH

***
KEDIAMAN INKA

Bukankah Inka mengetahui semuanya dengan tidak sengaja. Seorang dengan kondisi ini (PTSD) membuat penderitanya tidak bisa melupakan atau sebaliknya tidak mau mengingat pengalaman traumatis tersebut, namun keadaan memaksa Inka kembali mengingat mimpi buruknya.

Sejak saat itu, Inka bersembunyi dan menjadi pengecut dengan menutup semua sosial media agar tidak mendengar berita apapun tentang tragedi Lily.

Namun setelah beberapa pertanyaan menghampirinya. Inka mencoba mencari kejelasan setelah 3 tahun. Apakah kejadian itu tersimpan di media sosial, google, berita, koran, youtube dan lainnya, namun Inka tidak menemukan jejak apapun.

Teguh melihat putrinya yang datang untuk sarapan, gadis itu tampak sudah siap dengan pakaian sekolah yang rapi. Salah satu tangan yang terbalut membuat Teguh tidak bisa berhenti mengkhawatirkan putrinya.

"Inka, istirahatlah untuk hari ini," kata Teguh melihat Inka yang duduk di samping istrinya.

"Yang terluka tangannya, bukan kakinya," sahut Yana tanpa memandang Teguh.

"Yana." Teguh menatapnya tajam. Sementara Inka tampak tidak menghiraukan perdebatan itu.

Bibi yang sedang menyiapkan sarapan di atas meja, bergegas menyelesaikan pekerjaannya.

"Sudahkah kau bertanya padanya kenapa itu terjadi?!" lontar Teguh pada istrinya itu.

Bibi terlihat berusaha menghindari perselisihan yang terjadi, ia menghampiri Aji, memastikan anak laki-laki itu sarapan dengan nyaman.

"Sesuatu sudah membuatnya panik dan kacau!" ungkap Teguh.

Yana terdiam, melihat Inka yang membisu. Mata itu hanya fokus pada sarapannya, mengunyah dan menelan dengan tarikan napas jelas di dadanya.

"Inka," panggil Yana khawatir. Mungkinkah sesuatu kembali mengingatkan Inka pada tragedi Lily? Pikir wanita itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Yana serius, memegang lengan putrinya.

Inka melihat ibunya sangat kecewa. Yana melihat sorot mata yang begitu suram dari mata yang menatapnya.

"Kak, ayo pergi, kita akan terlambat." Aji beranjak membawa tas Inka bersamanya.

Keadaan yang jarang terjadi, semua orang di rumah tampak terkejut melihat interaksi kakak dan adik itu. Inka menyusul Aji yang berjalan pergi. Teguh memperhatikan istrinya yang memberikan tatapan kekhawatiran terhadap Inka.

"Yana," panggil Teguh membuat wanita itu menoleh.

"Sudah 3 tahun berlalu, Inka masih belum cukup membaik," kata Teguh, wanita itu menundukkan pandangannya.

Teguh sangat mengkhawatirkan Inka, bagaimana bisa, hingga saat ini ia belum mengetahui penyebab trauma yang dialami putrinya.

"Aku yakin, apa yang Inka alami saat itu adalah keadaan yang serius," lanjutnya.

Teguh melihat Yana yang terus berusaha terlihat tenang. "Kita harus lebih banyak menghabiskan waktu untuk Inka dan Aji, Yana."

"Agar mereka bisa merasa aman dan percaya untuk menceritakan semuanya," ujar Teguh, menunggu mata itu melihatnya.

"Aku mengerti ... Inka akan segera membaik," kata Yana. Wanita itu selalu memaksakan semuanya terlihat baik-baik saja.
___

Dalam perjalanan menuju halte bus, Inka yang berjalan 5 meter di belakang Aji, ia melihat pada tas miliknya yang tersandang pada bahu itu.

WHY Season 1 : NightMare (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang