BAGIAN 16 : Bilik

128 65 99
                                    

"Dia menjadi sangat tenang seperti di dalam air, tetapi membuatku berdiri di tengah badai."

- ARUNIKA

***
GEDUNG OLAHRAGA
SMA KEBERBAKATAN OLAHRAGA

Sekarang mereka tidak lagi pergi ke gedung teater untuk pertunjukan balet. Meski tanpa Sarah, persahabatan itu harus tetap manis. Sarah hanya tidak ada di sini, bukan berarti pergi. Bukankah satu pekan tanpa sahabat terasa seperti 1 tahun? Terdengar sedikit berlebihan, namun itu yang terjadi.

Rama dan Inka baru saja menyelesaikan kelas renang mereka. Setelah pengungkapan Rama, tidak tampak perubahan sikap dari keduanya. Tidak terlihat kecanggungan di antara mereka. Sebenarnya, yang lebih Inka khawatirkan adalah ... pria ini mengenal Lily. Namun kenapa semua tampak baik-baik saja, saat seseorang pergi.

Di tempat bilas, bersama siswi yang lain. Inka merapikan kerah bajunya di depan sebuah cermin. Tempat bilas itu seperti ruang pribadi untuk mereka. Di sana mereka menyempurnakan kembali penampilan dengan pengering rambut dan sedikit makeup di wajah.

"Jadi kau tidak bisa ikut bersama kami malam ini?" tanya Rara pada Najwa.

"Ya, aku sudah ada janji dengan Rama," jawab Najwa.

Inka yang tidak sengaja mendengar obrolan dua sekawan itu, dia tampak tidak peduli. Inka akan memakai toilet sebelum pergi. Seorang gadis melihatnya berjalan menuju toilet.

Pintu toilet dibuka, mata Inka terbuka lebar, aroma amis seketika menusuk hidungnya. Inka menutup kembali pintu toilet dengan cepat.

Ia baru saja melihat seorang siswi tidak sadarkan diri di dalam sana, darah kental tercecer di sekitar gadis itu.

Inka terpaku, menelan ludahnya gugup. Ia melirik pada semua siswi yang berada di sana, mereka tampak tidak menyadarinya. Hanya satu dari mereka yang berusaha menghindari tatapannya.

"Siapa yang memakai toilet ini sebelumnya?" tanya Inka dengan sedikit nada emosi di sana, ia tampak sedang menyembunyikan kepanikan.

Semua orang melihat ke arah Inka, mereka tampak penasaran apa yang ada di dalam sana. Rara melihat tarikan napas gugup penuh emosi itu.

Seorang siswi yang hendak pergi mencuri pandangannya. "Berhenti!" cegah Inka. Siswi itu tertunduk takut, semua mata tertuju padanya.

"Hei ... ada apa Inka?" tanya Najwa penasaran. "Apa yang ada di dalam sana?" Menghampiri siswi yang ditahan oleh Inka.

"Sebuah janin?" sindir Najwa, sembari mengungkit yang terjadi pada sahabatnya, Sarah.

"Kau baru saja menggugurkan kandunganmu? Hah?" tanya Najwa menepuk pelan perut siswi itu, sambil tertawa kecil. Sementara Rara melihatnya semakin jelas, cemas yang bersembunyi di balik kelopak mata yang bergetar.

"Jika kalian sudah selesai, silahkan pergi kecuali kau!" perintah Inka pada siswi yang sedang menjadi pusat perhatian di tempat itu.

Kaki itu melangkah, melewati kerumunan. Rara menghampiri Inka, menghentikan langkahnya tepat di hadapan gadis itu. Dia tersenyum dengan salah satu sudut bibirnya. Menengok pada pintu toilet yang Inka jaga.

"Aku bisa membantumu jika kau ingin merundungnya," tawar Rara, gadis itu tersenyum dengan cara yang mengerikan.

Inka menatapnya tajam, berjaga jaga jika saja gadis itu mencoba mendorong pintu toilet di belakangnya. Rara kembali tersenyum, dia tampak menyukai sorot mata itu. Terlihat kejam tapi juga ketakutan.

WHY Season 1 : NightMare (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang