"Aku hanya memikirkan diriku yang terburuk."
- ARUNIKA
***
KEDIAMAN INKADi ruangan itu terdengar suara samar-samar TV yang menyala. Seorang gadis dengan setelah sweater abu dan celana pendek tengah duduk bersila di atas sofa, pandangannya tampak fokus pada satu arah.
Ruangan yang besar tapi tidak ada satupun orang yang bisa diajak bicara. Inka sedang menonton TV namun sama sekali tidak tampak gairah di sana, gadis itu seperti tidak bisa merasakan apapun. Inka beranjak mematikan televisi lalu berjalan pergi menuju dapur.
Di rumah, Inka adalah seorang gadis yang jarang tersenyum dan tidak banyak bicara. Rambutnya selalu panjang dan sering dibiarkan ter urai. Dia bukan tipe gadis yang mengikuti trand dan fashion, Inka hanya akan mengenakan apa yang menurutnya nyaman.
Tentang warna juga sama, terkadang ia memakai warna-warna yang lembut namun tidak sedikit pakaian yang berwarna gelap. Soal alas kaki Inka memiliki banyak flat shoes dan sepatu.
Tubuh rampingnya tampak cocok untuk pakaian apapun, dia tampak manis saat mengenakan rok atau dress. Celana panjang dan pakaian longgar juga tidak masalah.
"Bi, tolong bawakan buah potong ke kamarku," pinta Inka pada bi Halimah.
"Siap kak," jawabnya.
Inka berjalan pergi menyimpan kedua tangan di saku celana. Gadis itu menaiki tangga sambil sesekali merapikan rambunya yang panjang ke belakang. Langkah itu terhenti di depan sebuah kamar, ia melihat Aji dari balik pintu kamar yang tidak tertutup rapat. Inka tidak sengaja melihat adiknya itu memasukkan kotak rokok ke dalam saku jaketnya.
Aji adalah adik laki-laki Inka yang sekarang duduk di kelas 8 SMP, karakternya yang buruk sudah tertanam sejak di Sekolah Dasar. Semua orang tidak tahan dengan anak laki-laki itu, namun Inka tidak pernah menyerah untuknya meski harus bertengkar sekalipun.
Kebencian terbesar Inka terhadap Aji adalah, ketika untuk pertama kalinya ia melihat adik laki-lakinya itu mulai mengenal rokok. Bagi Inka rokok menjadi awal dari kenakalan yang lebih serius, rokok bahkan dapat mengubah karakter seseorang menjadi buruk. Inka memasuki kamar merebut sesuatu dari saku Aji.
"Kau masih melakukannya?" tanya Inka yang artinya ini bukan pertama kali Inka memergokinya.
"Apa kau sudah merasa cukup hebat untuk melakukan ini?" tegur Inka dengan tatapan yang penuh amarah.
Inka semakin yakin tidak ada yang memperhatikan Aji saat ia pergi. Kali ini ayah harus mengetahuinya.
"Aku tau tidak ada yang peduli denganmu di rumah ini! Tapi bukan berarti kau bisa hidup semaumu." Inka yang mulai menekan nada bicaranya.
Aji menatap Inka dalam, anak itu tampak tidak menyukainya, "Harusnya kau tidak kembali." ucap Aji ketus, mengalihkan pandangannya dari Inka.
Sesuatu seperti tertahan di tenggorokannya, sorot mata itu menahan banyak amarah, mengapa ia begitu membenci saudara laki-lakinya itu. Tatapannya begitu penuh kebencian, nada bicaranya terdengar menyakitkan. Aji benar-benar mirip dengan ibu.
Inka melempar keluar rokok milik Aji, rokok itu mendarat mengenai bi Halimah yang sedang berada di lantai bawah. Tarikan napas kekecewaan itu tampak sangat jelas, Aji menatap mata yang berlinang penuh amarah milik Inka.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY Season 1 : NightMare (END)
RomansArunika Anindia Pamungkas, Inka sebutannya. Atlet renang dari Yayasan Keberbakatan Olahraga, seorang gadis dengan karakter yang rumit. Dia ditakdirkan hidup dengan hati yang beku. Ini bukan tentang kisah cinta yang pilu, melainkan tentang rumah den...