Setelah sekian lama, akhirnya Sandra bebas juga!
Cewek itu melangkahkan kaki dengan riangnya meninggalkan rung penyiksaan. Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester. Ia berjalan menyusuri koridor kelas, melintasi teman-temannya yang tengah melakukan selebrasi-pasca-ujian, yaitu foto bersama. Tak jarang cewek itu pun diminta untuk ambil bagian.
Puas berfoto ria, Sandra bergegas menuju gerbang depan karena Arka sudah menunggunya. Dan akan terjadi bencana besar-besaran kalau sampai terlambat menemuinya.
Karena terburu-buru dan tak terlalu memperhatikan jalan, cewek itu tanpa sadar menabrak seseorang ang baru saja keluar dari toilet, yang ternyata adalah Mira.
“Eh si bambank! Gue kirain siapa tadi,” omel Mira, “lagian lo kenapa sih? Buru-buru banget sampe gak lihat jalan.”
Sandra meringis. “Sori. Gue lagi buru-buru banget. Si manusia jahanam udah nunggu di depan. Bisa bahaya kalo gue telat.” Ia langsung ngibrit segera setelah menyelesaikan kalimatnya.
“Aeh, tunggu! Gue nebeng!” Mira berlari mengejar Sandra, meminta tebengan.
.
Di gerbang utama sekolah...
Sandra merunduk memegangi lutut, sembari mengatur pola napasnya yang cepat dan tak beraturan karena habis berlari. Ia lalu menegakkan punggung, mengusap peluh di keningnya dengan punggung tangan kanan.
Mobil Arka sudah terlihat dan tak ada tanda-tanda kehebohan yang diciptakan Abang laknat itu, jadi nasibnya aman kali ini.
Sandra baru hendak meneruskan langkah ketika ada yang menepuk pundaknya dengan keras. Ralat, mungkin yang benar bukan menepuk, rasanya seperti ada orang yang sedang berlari kencang lalu menggunakan tubuhnya sebagai pegangan untuk mengerem.
Cewek itu tersentak tiga langkah ke depan. Ia kemudian melirik si pelaku. “Ah, lo, Mir! Ngapaian sih?”
Mira meringis. “Ya, sori. Habisnya gue udah teriak-teriak lo-nya gak denger,” ia beralasan, “gue mau nebeng.”
Sandra menghela napas. “Yaampun, kirain ada apaan.” Ia melirik sejenak Mira yang masih memamerkan senyum padanya. “Yaudah, ayo.”
“Oke.” Tanpa berlama-lama, Mira langsung men-sejajari langkah Sandra.
Kini kedua cewek itu berjalan beriringan menuju mobil Arka yang terparkir di seberang jalan di depan gerbang sekolah.
Kedua mata Sandra memicing, menfokuskan pandang ke arah mobil Arka, atau lebih tepatnya ke arah Arka yang tampak tengah berbincang dengan seseorang. Sandra familiar dengan orang itu. Meski ia tak melihat wajah orang itu, tapi dari postur tubuh dan cara berpakaian orang itu, Sandra bisa menduga kalau itu adalah-
“Itu Kak Chelsea bukannya ya?” Mira menunjuk orang yang tengah berbincang dengan Arka itu.
Sandra mengangguk. “Iya, itu Kak Chelsea,” ia memastikan. “Tapi ngapain dia disini? Maksud gue, ngobrol sama Bang Arka? Ngobrol sama mantan.”
Mira mengedikkan bahu. “Mau balikan kali,” jawabnya ngawur.
“Trus Bang Arsa mau dikemanain, bambank?!” Sandra melirik malas cewek yang berdiri di sampingnya itu.
“Trus kalo lo nanya ke gue, gue nanya ke siapa?” Mira balik bertanya.
“Tanya noh sama rumput bergoyang!” kesal Sandra.
“Yaudahlah sih. Gak usah ngegas. Gue kan cuma bercanda.” Mira membela diri, atau lebih tepatnya menghindari amukan temannya itu. “Udah deh, daripada lo mikir yang aneh-aneh, mending kita samperin aja mereka.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LYSANDRA [Completed]
Teen FictionCowok dan pacaran adalah dua impian yang teramat sangat jauh dari kata posible bagi Sandra. Tidak ada kekuatan yang dapat mematahkan fakta tersebut selama status sebagai slamdog-nya Arka masih melekat dalam dirinya. Arka, sebut saja namanya begitu...