"Wah parah sih, lo pulang gak bilang-bilang."
Arsa langsung melempari Arka dengan keripik kentang yang hendak dimakannya. "Gua udah bilang kali. Lo-nya aja yang ngebucin mulu."
Sandra tertawa terpingkal-pingkal melihat pertengkaran kecil antara kedua kakaknya itu. Malam ini, untuk pertama kalinya selama lebih dari lima bulan, Arka, Arsa, dan Sandra bisa melakoni ritual rutin mereka, nobar film di ruang tengah. Dan kali ini, Sandra yang memilihkan film, mengingat film yang ditonton beberapa hari lalu membuatnya parno sampe gabisa tidur. Film yang dipilih Sandra adalah Malaficent: Misters of Evil.
"Iya deh, sorry. Gue kelupaan." Serah Arka.
"Dih, tumben seorang Arka mau ngalah." Cibir Sandra.
"Mau tobat gue." Jawab Arka enteng. "Dosa gue banyak ke Arsa."
"Lha dosa lo ke gue?" Ucap Sandra tak terima.
"Gaada."
Dan tak lama setelahnya, ada sebuah bantal melayang dan menampar wajah Arka. Arka langsung menyambar bantal yang menempel di wajahnya, lalu melirik sang pelaku dengan lirikan maut. "Untung Abang sabar." Ucapnya dengan memaksakan senyum.
"Sorry, gak sengaja." Jawab Sandra enteng, dengan wajah tanpa dosanya. "Tadi Sandra mau ngasih bantalnya ke Bang Arsa, cuma kehalang sama nih curut satu."
Arka tersenyum kecut. "Dasar adek durhaka."
"Abang gaada akhlak." Sandra balas mencibir.
Sementara Arsa hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala menyaksikan pertengkaran tanpa ujung kedua adiknya itu. Harus diakui, bahwa itulah hal yang dirindukannya dari rumah, yang selalu membuatnya ingin pulang. "Mau disiapin arena tinju gak?" Godanya.
"Kagak!"
Jawab Arka dan Sandra bersamaan.
"Bisa ilang muka ganteng gue kena cakar tuh anak." Cibir Arka."Bisa kena sial tujuh turunan gue gara-gara grepeh-grepeh muka tuh manusia." Timpal Sandra. "Tuh kan jadi ketinggalan filmnya. Ah, Abang sih?!"
''Kok jadi gue yang kena?"
"Ya emang salah elu."
"Elu."
"Elu."
"Elu."
"Udah. Bodo amat. Gue mau nonton." Sandra langsung menyambar bantal yang tadi ia gunakan untuk melempari Arka, dan memeluk benda tersebut.
Mereka pun mulai menonton. Dan belum sampai tiga puluh menit film berjalan, ke-halu-an sudah terjadi dimana-mana.
"Prince Phillip ganteng banget sih." Ucap Sandra.
"CGI-nya bagus banget. kayak beneran." Arsa berkomentar. Perlu kalian ketahui, itu adalah jawaban yang 'Arsa banget'. Karena, yang pertama, Arsa bukan bukan buaya, bukan penggila wanita, dan Arsa gak suka ngehalu. Yang kedua, Arsa sangat menyukai CGI effect. Dan yang ketiga, yang paling penting, Arsa adalah yang paling waras diantara tiga bersaudara itu.
"Tapi bagian terbagus film ini tetep Prince Phillip sih. Ganteng banget ya ampun." Sandra sudah mulai dengan ke-halu-annya.
"Gantengan juga gue." Timpal Arka.
"Kalo dilihat dari lubang sedotan." Cibir Sandra.
"B aja kali tuh cowok. Yang keren tuh Aurora-nya." Arka berceloteh. "Elle Fanning cantik banget gaboong. Besok gue pacarin dia."
"Idih, PeDe amat lo, Bang." Debat Sandra. "Belum juga dia mau sama lo."
"Lagian gaya lo mau ngegebet cewek baru." Arsa menimpali. "Sama yang kemaren aja belom bisa move on."
KAMU SEDANG MEMBACA
LYSANDRA [Completed]
Teen FictionCowok dan pacaran adalah dua impian yang teramat sangat jauh dari kata posible bagi Sandra. Tidak ada kekuatan yang dapat mematahkan fakta tersebut selama status sebagai slamdog-nya Arka masih melekat dalam dirinya. Arka, sebut saja namanya begitu...