39

255 33 3
                                    

“Cantik, noleh sini dong.”

Arka mengarahkan kamera ponselnya, menyorot pada Sandra yang hendak turun dari lantai dua. Sandra terlihat anggun dalam balutan gaun lengan tiga per empat berwarna hitam setinggi lutut, ditambah dengan mahkota berwarna silver yang ia kenakan. Rambut panjang cewek itu dibiarkan terurai dan dibuat sedikit curly di bagian bawah.

Gaun yang Sandra kenakan berwarna hitam, karena memang tema party kali ini adalah monokrom. Jadi, semua orang yang menghadirinya berpakaian hitam dan putih saja. Arka yang mengusulkan ide ini.

Sedangkan Arka? Oh, jangan ditanya penampakannya seperti apa sore ini. Cowok itu tampil keren dengan gaya casualnya, dengan tampang yang memukau seperti biasanya. Ia mengenakan celana jeans hitam, dipadukan dengan kaos putih polos lengan pendek, jaket bomber hitam dan sepatu kets putih kesayangannya.

“Bagus gak?” Sandra menyambar ponsel yang dipegang Arka, melihat hasil jebretannya.

“Ya pasti bagus dong,” bangga Arka, “kan gue yang ngefotoin.”

Senyum di wajah cewek itu berubah kecut. “Dasar-”

“Tuh kan ribut lagi,” Mira mendengus, “kalian gak capek apa ya?”

“Enggak.” Arka dan Sandra menggeleng bersamaan.

Mira memutar kedua bola matanya. “Terserah deh,” serahnya, “udah yuk, buruan turun. Udah ditungguin di bawah.” Ia mengingatkan.

“Eh bentar.” Sandra menyodorkan kembali ponsel Arka pada sang pemilik. “Fotoin gue dulu sama Mira,” pintanya.

Arka hendak menolak, namun karena hari ini adalah hari spesial Sandra, dan cewek itu memaksa, jadi mau tak mau ia harus menurut. “Yaudah, tapi cepet.”

.

Setelah beberapa kali mengambil gambar, mereka pun akhirnya turun. Sandra dan Mira yang turun duluan, sedang Arka menyusul agak lama. Bisa panjang urusannya kalau sampai Sandra dan Arka kepergok bersama, mengingat hampir semua teman-teman SMA yang Sandra undang tidak tahu kalau mereka adalah kakak adik. Apalagi cowok tengil itu juga mengundang beberapa teman sekolahnya.

“Seriusan?” Sandra membulatkan mata begitu turun ke bawah, ternyata ada banyak sekali orang di pesta ulang tahunnya. Tadinya Sandra pikir hanya akan ada tiga puluh sampai empat puluh orang saja yang datang, hanya teman-teman sekelas dan beberapa teman dekat. Tapi ini? Rasanya seperti anak satu angkatan berkumpul disini.

Belum lagi ada teman-teman Papa Mamanya yang datang. Tapi ya sudahlah, lagipula Sandra juga mengenal mereka.

“Rame banget ya?” tanya Mira.

Sandra mengangguk pelan. Ia mengedarkan pandang ke beberapa orang yang tampak menghadiri pesta ulang tahunnya. Disini ada banyak orang, banyak yang mengucapkan selaman ulang tahun padanya dan memberikan kado. Ada banyak keceriaan disini.

Tapi entah kenapa, di kerumunan orang seperti ini, Sandra justru merasa kesepian. Rasanya, seperti ada bagian penting dari dirinya hilang.

“Lo masih mikirin Kak Ali?” tanya Mira. Ia bisa langsung tahu dari melihat ekspresi murung Sandra. Belakangan, Sandra sering curhat padanya tentang Ali yang mendadak hilang tanpa kabar dan selama beberapa hari terakhir, terhitung sejak Arsa berangkat.

Sandra menghela napas berat. “Kesannya seperti dia ngejauhin gue,” ucapnya, “tapi kenapa? Apa gue udah buat salah ya ke dia?”

“Salah apa? Kayaknya engga deh,” Mira berpendapat, “positive thinking aja, San. Ya, mungkin aja Kak Ali emang sengaja ngejauh dulu, buat kasih surprise gitu di hari ultah lo? mungkin aja kan?”

LYSANDRA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang