21

655 63 3
                                    

“Ayo, Bang. Dikit lagi.”

“Sabar ngapa! Susah nih.” Arka. Berusaha keras merendahkan tubuh sambil membuka kedua kaki, membentuk posisi jongkok. Dengan susah payak, cowok itu mengepaskan paku yang dililit pada seutas benang di punggung bawahnya itu ke dalam botol kaca di bawah.

Saat ini, cowok itu tengah berpartisipasi dalam lomba memasukkan paku ke dalam botol antar komplek dalam rangka memperingati hari kemerdekaan republik Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, berbudi luhur, dan berjiwa nasionalis tinggi, Arka pun tak mau ketinggalan ambil bagian dalam lomba tahunan tersebut. Meski sebenarnya, niat awal adalah untuk memenangkan hadiah utama dispenser panas dingin.

Arka sudah kesal bukan kepalang. Ia sudah berusaha keras memasukkan paku tersebut ke dalam botol. Namun terus saja gagal, belum lagi kakinya yang sudah pegal sekarang. Cowok itu menghela napas, ia berhenti sejenak sembari memulihkan kepalanya yang pusing tujuh keliling gara-gara berputar-putar tadi.

Peraturan lombanya adalah peserta diharuskan berputar sebanyak lima puluh kali, baru kemudian bisa memasukkan paku ke dalam botol yang sudah disediakan panitia. Menyusahkan. Tapi jika melihat hadiah dispenser, sepertinya itu setimpal. Setidaknya menurut Arka.

“Ayo buruan!” Dari tepi arena lomba, Sandra sudah gemas meneriaki cowok itu.

Arka mendengus. Ia lalu menoleh ke kiri-kananya, ke peserta lain (yang kebanyakan masih pada bocil) juga tengah kesusahan memasukkan paku tersebut.

Cowok itu pun kembali mengarahkan fokus pada paku yang tergantung di tubuhnya itu. ia kesusahan men-stabil-kan paku tersebut, karena benda tersebut terus saja bergoyang. Dan itu sangat menyulitkan baginya. Ia menghela napas, dan tanpa disengaja, ia kentut saat itu juga. Cukup keras sampai-sampai seisi lapangan hening sementara dan kompak memandanginya.

Tapi kabar baiknya, justru angin pantat itu yang membuat Arka memenangkan perlombaan. Tanpa disadari, paku milik cowok itu sudah masuk ke dalam botol.

GUE MENANG CUMA GARA-GARA KENTUT JIR.”

...

“Rejeki emang gak kemana.” Arka menepuk-nepuk kardus dispenser hadiahnya dengan bangganya. Setelah adegan dramatis pagi tadi, akhirnya ia berhasil memenangkan hadiah idamannya itu.

“Kentut lo malu-maluin tuh.” Sandra melempar bantal sofa ke arah Abang tersayangnya itu.

Cowok itu memungut bantal tersebut dan melemparkannya balik pada Sandra. “Yang penting dapet yee.” Ia lalu membantingkan tubuhnya ke sisi kosong sofa, di sebelah Sandra. “Daripada lo, lomba makan krupuk aja kalah sama anak SD.” Ledeknya.

“Ih, kan nyebelin!”

Arka menyeringai. “Terkadang, jujur itu menyakitkan. Tapi lebih baik gitu daripada boong.” Ucapnya sok bijak. “Boong tuh dosa. Gue mana mau dosa cuma gara-gara lo.”

Cewek itu meremas tangannya kuat-kuat. “Pengen banget nimpuk nih manusia.”

“Ntar-ntaran aja. lagi gak mood ditimpuk gue.” Ucap Arka dengan entengnya. “Hadeh, panas-panas gini, es cincau enak kali ya.”

Dan secara ajaib, tepat setelah Arka menyelesaikan kalimatnya, Arsa masuk ke rumah sambil menenteng beberapa bungkus minuman dingin mersantan dengan potongan jeli hijau dan gula aren, yang tentu saja itu adalah ES CINCAU.

Arka tersenyum dengan bangganya. “Tuh kan. Gue bilang juga apa.”

“Lo bilang apa?” Arsa yang baru saja sampai tak tahu apa-apa.

“Gak usah diurusin. Bang Arka emang geje.” Cibir Sandra. “Oiya, Bang Arsa bawa apaan?”

“Oh. Ini.” Arsa menaruh bungkusan tersebut. “Es cincau.”

LYSANDRA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang