Percakapan antara Nico dan Chelsea seketika terhenti ketika cowok itu menangkap keberadaan Sandra di depannya.
Cowok itu pun langsung menghampiri Sandra. “Udah lama disini?”
Sandra menggeleng. “Baru aja.” Bohongnya. Sebenarnya, ia sudah berdiri sambil memperhatikan kedua orang dari sepuluh menit yang lalu, meski ia tak banyak mendengar percakapan mereka tadi.
“Berangkat yuk.” Nico meraih tangan cewek itu, mengajaknya pergi.
“Kita mau kemana?” Tanya Sandra, ketika mereka sudah berada di dalam lift.
“Nanti juga lo tau.” Nico memencet tombol ke lantai paling atas gedung.
Hening.
Bunyi bel terdengar, tanda lift sudah berhenti. Tak lama, pintu lift pun terbuka, memperlihatkan pemandangan area terbuka di lantai paling atas gedung. Di pinggiran, terlihat beberapa tanaman hias dalam pot batu besar yang berbaris rapi.
Tanpa membuang waktu, Sandra langsung keluar.
Begitu kakinya melangkah ke area terbuka itu, ia langsung disambut oleh segarnya angin malam yang menerpa wajahnya. Pemandangan kota, yang didominasi bangunan-bangunan pencakar langit, juga tampak jelas dari sini. Nyaman sekali disini.
“Suka tempatnya?” Nico berjalan menghampiri cewek itu, lalu berhenti di sampingnya.
Sandra menoleh, kemudian mengangguk. Senyumnya terkembang lebar. “Makasih ya.”
Tampak kedua sudut bibir cowok itu tertarik, membentuk senyum simpul. “Nanti dulu makasihnya.” Ucapnya, sembari berjalan kembali ke arah dalam.
Cewek itu mengamati gerak gerik Nico dengan kening berkerut, tak paham. Terkadang, sikap misterius cewek itu membuatnya bingung sendiri. “Lo mau kemana?” Tanyanya.
Tak ada jawaban.
Semenit kemudian, Nico kembali dengan menenteng tas keranjang berukuran sedang di tangan kanannya, sedang tangan kirinya membawa alas kain.
“Tolong pegangin.” Cowok itu memberikan tas keranjangnya pada Sandra. Ia lalu membentangkan kain yang dibawanya di depan, beberapa meter dari tepi gedung.
“Kita mau piknik disini?” Tanya Sandra.
“Bukan cuma kita berdua.”
“Maksud lo?” Bingung cewek itu.
Pada detik berikutnya, terdengar suara eongan kecil dari dalam tas keranjang yang dibawanya. Sandra pun segera membuka keranjang tersebut.
Di dalam, tampak seekor anak kucing berbulu putih mendongak menatap Sandra dengan mata biru berbinarnya.
“Lucu banget.” Cewek itu berjongkok, menaruh tas keranjang tersebut di bawah, lalu mengeluarkan anak kucing tersebut dan menggendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LYSANDRA [Completed]
Teen FictionCowok dan pacaran adalah dua impian yang teramat sangat jauh dari kata posible bagi Sandra. Tidak ada kekuatan yang dapat mematahkan fakta tersebut selama status sebagai slamdog-nya Arka masih melekat dalam dirinya. Arka, sebut saja namanya begitu...