47

262 28 1
                                    

“Tuh muka kenapa ditekuk mulu? Kayak habis putus cinta,” ledek Arka sembari merebahkan diri di sofa, di samping kanan Sandra. Cowok itu lalu mencomot sepotong martabak manis coklat kacang keju yang ada di meja. 

Sandra menghela napas berat. Ia masih menatap kosong ke depan, raganya ia memang sedang menonton acara TV sekarang, tapi pikirannya entah menyesatkan diri kemana. “Emang lagi putus cinta,” gumamnya.

Arka memelankan kunyahannya begitu mendengar itu. “Seriusan?” Ia menaruh kembali potongan martabak manis yang sudah dua kali ia gigit ke piring, kemudian mendekatkan tubuhnya ke Sandra. “Lo lagi putus cinta?”

Cewek itu mengangguk sembari mencebikkan bibir. 

“Alhamdulillah. Akhirnya tuh cowok dapat hidayah,” kata cowok itu nyeleneh. “Ngomong-ngomong, siapa cowok yang hatinya tercerahkan itu?” tanyanya dengan menaik-turunkan alis.

Sandra yang geram langsung menimpuk dada bidang cowok itu dengan bantal. “Laknat banget tuh mulut!” sergahnya. Cewek itu pun berlanjut dengan melempar lebih banyak bantal lagi pada sang Kakak tercinta. “Udah tau adiknya lagi sedih, bukannya dihibur malah digituin!”

“Ampun. Ampun, San.” Arka memajukan kedua tangan, menahan satu lagi bantal yang meluncur ke arahnya. “Kalem dong. Kalo galak gini, siapa yang mau deketin lo?”

Sandra langsung menurunkan bantal yang ada di tangan, menaruhnya dalam pangkuan. Bahu cewek itu merosot dan raut wajahnya kembali murung. “Seburuk itu ya gue?” tanyanya sedih. Matanya kembali mengembun.

“Hei. Jangan nangis.” Arka menggeser tubuhnya lebih dekat pada cewek itu dan mendekapnya. “Gue gak serius ngomong itu,” ucapnya mengelus kepala bagian belakang cewek itu.

“Gue punya salah apa sih, Bang? Kenapa masalah selalu aja ngedatangi gue?” tanya Sandra getir. “Apa gue segitu gak pantesnya ya buat dicintai? Kenapa cowok yang ada di hidup gue semuanya brengsek? Pertama Nico, trus sekarang-”

Cewek itu tak meneruskan kalimat, kini yang terdengar hanya isakannya saja. Ya, meski sebenarnya Sandra tak betul-betul meluapkan semua kesedihannya. Ia masih berusaha menahan agar tidak berisik dan mengganggu Mama Papanya malam-malam begini. 

Arka tak menjawab, ia tak mengatakan apa pun. Yang dilakukan cowok itu hanya mendekap erat tubuh sang adik, membiarkan cewek itu menumpahkan air mata disana.

Sebagai seorang Kakak, tentu saja Arka merasa sedih melihat Sandra menangis sampai seperti ini. Tapi lebih dari itu, ia mendidih. Ia marah pada siapapun orang yang sudah membuat sang adik menangis.

“Siapa cowok itu, San? Yang namanya Ali itu?”

Sandra langsung menegakkan punggung begitu mendengar pertanyaan itu. “Bang Arka mau apa?” tanyanya cepat. Ia mengusap air matanya, memperjelas pandangan. “Jangan aneh-aneh deh,” sambungnya lalu menyusut hidung. Melihat wajah geram Arka, membuat cewek itu jadi takut sendiri.

Entahlah, Sandra sendiri juga tak tahu kenapa ia jadi setakut ini ketika melihat respon marah cowok itu. Ia sungguh tak ingin Kakaknya itu berbuat macam-macam pada Ali. Tidak. Sandra tak bisa menerima itu.

“Kenapa? Dia kan udah nyakitin lo,” ucap cowok itu serius.

Sandra mendadak diam, ia tak memiliki jawaban untuk pertanyaan Arka. 

Arka menghela napas berat, mengarahkan pandang pada Sandra. “Lo cinta sama dia?” tanyanya.

Cewek itu mengangguk. 

“Lo mau berjuang buat dia?” tanya cowok itu sekali lagi.

“Emang Abang gak bakal ngelarang gue pacaran?”

LYSANDRA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang