“Yaampun Sandra, kamu dari mana aja? Abang cari kemana-mana gak ada, telfon juga gak diangkat.”
Ya, kurang lebih seperti itulah kalimat sambutan yang didapat Sandra setelah kurang lebih lima jam pergi tanpa pamit. Sandra bahkan masih berada di ambang pintu.
Cewek itu hanya diam mendengar omelan-omelan Arsa. Ia tak membalas, karena memang ia yang salah. Tidak seharusnya ia pergi tanpa memberi tahu siapapun, apalagi sampai menghilang berjam-jam dan membuat Kakaknya itu khawatir. Jadi, wajar jika sekarang cowok itu mengomelinya.
“Iya, maaf, Bang.” Ucap Sandra.
Arsa menghela napas berat. Tak lama, sebuah senyum terulum di wajahnya. “Yaudah gak apa-apa. Tapi lain kali jangan diulangi lagi.” Tuturnya. “Kalau mau pergi itu kasih kabar dulu. Jangan ngilang kayak tadi.”
“Maaf ya udah bikin Abang cemas.” Balas cewek itu. “Sandra janji lain kali kalau mau kemana-mana kasih kabar dulu.”
Arsa mencondongkan badannya ke kanan, sembari menelisik sekitar. “Arka gak sama kamu?” Tanya Arsa.
Sandra menggeleng. “Enggak.” Jawabnya. “Bukannya dia udah pulang daritadi ya? Harusnya sih gitu.”
“Kemana coba itu anak.” Gumam cowok itu.
“Paling juga bentar lagi pulang. Mungkin dia lagi pengen nenangin diri dulu.” Sandra membuka daun pintu sedikit lebih lebar, hendak masuk. “Masuk aja yuk. Nunggunya di dalem. Udah mau ujan lagi nih.”
“Oh, iya.” Arsa mundur dua langkah, memberi Sandra cukup ruang untuk masuk. Baru setelahnya, ia menutup pintu depan.
“Emang Bang Arsa tadi beneran nelfonin aku?” Tanya Sandra saat mereka berjalan menuju ruang tengah. “Tapi Hapeku sama sekali gak bunyi.” Bingungnya.
“Kamu mana tau hapemu bunyi apa enggak kalo barangnya aja gak ada sama kamu.”
Sandra mendadak panik setelah mendengar perkataan Arsa barusan. Memangnya selama ini dimana ponselnya? Bukankah selalu ia bawa dari tadi? Sandra secara refleks meraba-raba setiap saku yang ada di bajunya. Sampai akhirnya ia teringat, ini bukan bajunya, ini baju yang dipinjamkan Ali tadi. Bajunya masih tertinggal di rumah Ali.
“Hape gue mana ya?” Gumam Sandra.
Arsa berdehem, yang otomatis membuat fokus Sandra sejenak teralih padanya.
Cowok itu tersenyum kecut sembari menunjukkan sebuah ponsel pada Sandra.
Sandra mengenali ponsel tersebut, karena memang itu ponsel miliknya. Tapi bagaimana bisa benda itu ada di tangan Arsa sekarang?
“Hape kamu ketinggalan di apartemennya Nico.” Ucap Arsa, seakan bisa membaca pikiran cewek itu.
Sandra mengerutkan kening. “Apartemennya Nico? Itu artinya-”
“Lo cari ini?”
Langkah Arsa terhenti, baru saja ia hendak meraih gagang pintu, tapi terhenti ketika mendengar suara Chelsea. Cowok itu pun menoleh dan mendapati Chelsea tengah menyodorkan sebuah ponsel padanya, ponsel milik Sandra.
Cowok itu menghampiri Chelsea dan menyambut barang yang diberikan cewek itu padanya.
“Urusan lo udah selesai kan?” Ucap Chelsea, suaranya terdengar getir, dan kedua matanya yang sembab jelas menandakan bahwa ia habis menangis. “Lo bisa pergi dari sini.” Cewek itu langsung berbalik dan melangkah menjauh.
“Chelsea, maafin gue.”
Langkah Chelsea seketika terhenti begitu mendengar itu. Ia lalu berbalik. “Lo bukan Arka.” Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LYSANDRA [Completed]
Ficção AdolescenteCowok dan pacaran adalah dua impian yang teramat sangat jauh dari kata posible bagi Sandra. Tidak ada kekuatan yang dapat mematahkan fakta tersebut selama status sebagai slamdog-nya Arka masih melekat dalam dirinya. Arka, sebut saja namanya begitu...