05. Jadi pacar?

1.3K 130 39
                                    

"Dituntut sangat tinggi tanpa disemangati."

—luGu—




























Karna sudah lelah mengunjungi Aiyanika, tetapi jelas-jelas jika belum dia dapatkan apa yang dia inginkan dia tidak akan pernah menyerah sebelum dinyatakan kalah. Sekali pun terdengar sulit, Karna berprinsip untuk tidak mundur, dia akan maju walau sampai berdarah. Baginya hidup yang sia-sia adalah dengan mengalah sebelum berjuang.

"Lo enggak dapet nomornya?" tanya Rafel.

Mereka ada di sebuah warung makan tempat biasanya anak-anak Aegross membeli makan untuk di bawa ke markas atau bahkan dibagikan ke anak jalanan.

"Gue tadi pergi cari kepala sekolahnya, dan akhirnya dapet juga nomornya walau nomor telepon rumah," ungkap Karna dengan rasa lega.

Rafel terkekeh, "Susah, ya? Kalau lo udah dapetin dia mau dibuang kayak yang kemarin?"

Karna mengernyit, "Enggak boleh secepet itu, gue mau buat dia juga jadi boneka paling rusak di akhir."

Rafel terdiam, Karna mungkin cowok berengsek, tetapi untuk merusak seorang cewek Rafel benar-benar ingin menceramahinya.

"Kar! Lo bukan Karna yang gue kenal," ketus Rafel.

Karna tertawa kencang, bahkan sang penjual Bu Ratni pun terkejut saat menggoreng bakwan.

"Bercanda doang," lanjut Karna yang dibalas tatapan sinis oleh Rafel.

"Gimana suatu hari nanti lo kena karma? Dan cewek itu alasannya." Perkataan Rafel mengundang rasa penasaran dihati Karna, apakah mungkin cewek selugu itu bisa mengelabuhinya?

"Gue enggak sebego itu buat dibegoin, lagian kalau iya, najis banget harus sama itu cewek."

"Gue tangkep kata-kata lo, kalau lo ingkar traktir gue makan satu tahun di warung bi Ratni! Tunjukan jika dirimu lakik wahai pria!" ledek Rafel sembari menepuk dada bidangnya dengan bangga.

Karna hanya mengangguk pasrah, sementara tatapannya kembali menerawang ke depan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi, dan dia juga tidak mampu mengendalikan apa yang tidak dia inginkan suatu saat.

"Gue mati rasa," gumam Karna sembari terkekeh pelan mengaduk-aduk batagor di piringnya yang masih utuh.

"Azab dari Allah itu Kar, makanya kalau disuruh taubat ya cepet-cepet ambil wudhu terus solat," seru Rafel yang menyeruputi jus buah mangganya.

"Lo merasa paling suci banget, ya? Padahal lo lebih haram dari anjing," sindir Karna menahan kesalnya.

Rafel menyemburkan jus dimulutnya, dia memincingkan mata. Benar-benar tidak terima dia dimiripkan dengan anjing, walau benar dia imut dan agak tengil kayak guk-guk.

"Umur mah enggak ada yang tahu, bisa aja lo jatuh dari motor terus di bawa ke rumah sakit dinyatakan enggak bisa diselamatkan." Karna melempar kentang yang ada di batagornya ke badan Rafel hingga sang empu pun emosi.

"Gak asik lo doain gue mati!" Karna pun beranjak dari duduknya dan pergi bersama motornya entah ke mana tujuannya.

Di tepi danau dia parkirkan motornya, dan beralih ke sebuah kursi taman yang lumayan panjang. Karna tidak punya tempat yang paling nyaman dihidupnya, sekali lagi dengan kenyataan dia sadar jika semua yang dia impikan sebatas angan-angan yang nanti juga berlalu.

LUGU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang