12. Restoran Aiyanika

914 80 16
                                    

"Rasa ini tak lagi sama saat aku pertama kali melihatnya."

—LUGu—


▪︎Selamat Datang dan Selamat Membaca▪︎




















"Ada baiknya kalau kamu cari pasangan yang lebih bisa mengurusmu," usul Auriella yang duduk elegan di kursinya sembari menikmati acara televisi yang tengah berlangsung.

Dahi Karna mengkerut, maksud dari ucapan Auriella karena kemarin bertemu dengan Aiyanika? Karna tidak habis pikir jika ibundanya seperti ini.

"Hubungan bunda sama ayah aja selesai, kenapa bunda ngatur-ngatur pasangan buat Karna?" Pertanyaan menohok itu seketika membuat suasana hati Auriella tampak tidak setenang tadi.

"Bunda hanya ingin yang terbaik untuk anak-anak bunda," balasnya.

"Tapi Karna tahu apa yang lebih baik untuk Karna sendiri, bunda enggak tahu kan apa mau Karna? Bunda pernah tanya kebahagiaan Karna itu apa? Bahkan, buat kasih dogeng kayak dulu itu udah enggak mungkin lagi bunda lakuin," sela Karna.

Auriella mematikan televisinya, dan mengalihkan atensinya ke arah lain. Dia mengembuskan napas berat, hingga kembali menatap tajam Karna yang hanya diam duduk di hadapannya.

"Kenapa sekarang kamu jadi berani melawan orang tua? Katakan siapa yang kamu jadikan teman, hingga sampai-sampai meninggikan suara saat berbicara dengan bunda!"

Tubuh Karna membeku beberapa saat, dia merasakan gejolak darahnya yang memanas mendesir di tubuhnya. Matanya itu menyaksikan betapa disayangkannya bunda yang selalu dia pikir hangat dan lembut, kini berbalik arah menjadi sosok yang bukan Auriella dulu.

"Karna cuman kangen keluarga kita yang dulu! Karna masih mau manja kayak anak kecil bunda sama ayah, tapi kalian egois!" ungkap Karna dengan isakannya yang pilu.

"Kamu sudah dewasa! Jangan bertingkah seolah kamu masih butuh tangan untuk berdiri. Karna hentikan ekspektasimu yang tinggi itu terhadap keluarga kita yang sudah hancur!"

Karna menatap tidak percaya apa yang dikatakan Auriella.

"Kalau gini caranya, kenapa kalian biarin seorang Karna ini lahir?! Bunda! Karna sebagai anak minta keluarga harmonis itu bukan karena impian semua anak di dalam sebuah keluarga, tapi itu tanggung jawab kalian sebagai orang tua!" protes Karna.

Karna menggelengkan kepalanya, dia beranjak dari duduknya dan melenggang pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun lagi. Dia ingin berteriak dan marah, tetapi dia terlalu takut untuk mengeluarkannya.

"Gue udah terlanjur sayang sama cewek lugu itu," lirih Karna dalam keadaan yang sudah frustrasi.

Dia mengendarai motornya di atas kecepatan yang normal, dia terus menyalip pengendara lain saat menghadang jalurnya. Dia tidak peduli jika pedal gasnya ini lepas kendali, dengan pikiran kosong dia tidak takut jika sebuah truk tiba-tiba ada di depannya.

Dia menepi dan turun dari motornya saat sampai di sebuah danau yang sering dia kunjungi. Melepas semua rasa yang menyakiti di sini tidak akan membuatnya kehilangan jati diri. Karna selalu lupa untuk tidak membuat dirinya tetap tenang.

"Gue cuman mau dia, tapi semua orang bilang seolah-olah gue gak pantes buat dia," terangnya.

Suara langkah kaki kecil yang mendekati Karna itu dapat terdektesi siapa yang akan menyapa. Cewek yang merepotkan, tetapi selalu ada tanpa disuruh untuk berkunjung.

"Om Kelinci! Kita ketemu lagi," sapa Aiyanika yang tersenyum lucu dengan kunciran dua di sisi kiri dan kanannya.

Karna hanya tersenyum pasi, kemudian memeluk tubuh kecil itu dengan rasa yang lumayan menenangkan. Dia menghirup aroma rambut yang wangi susu vanilla itu hingga melupakan kejadian tadi.

"Ini yang aku suka, yang aku mau, dan kamu harus jadi milik aku. Sejutu enggak pacarnya aku?" Perkataan Karna mengundang kebingung lagi dipikiran Aiyanika yang belum sempat tuntas.

"Om Kelinci! Pacar itu apa sih?!"

Karna melepaskan pelukannya, matanya mengamati setiap inci wajah Aiyanika yang di dalam rautnya tidak ada unsur tercium kebohongan semata.

"Yaya Bocil kan masih kecil nanti kapan-kapan aku kasih tau apa itu pacar. Tapi kita tetep harus terus pacaran, ya?" kata Karna penuh keyakinan yang dengan mudah diiyakan oleh Aiyanika.

"Boleh! Tapi, Om Kelinci nanti harus kasih tahu apa itu pacaran!" seru Aiyanika dengan mata yang bersinar.

Dengan hati yang tenang dan lebih baik dari sebelumnya, Karna pun diajak Aiyanika untuk mengunjungi restorannya. Lokasi mereka saat ini berada tidak jauh dari danau, karena restoran dan rumah Aiyanika hanya butuh beberapa langkah dari sini.

"Restoran ini bintang lima, tapi aku enggak nerima pembeli siapa pun. Aku cuman nerima orang-orang yang kesusahan cari uang buat makan, di sini banyak banget anak aku berkembang biak, tuh si Mochi sama Michi!" tunjuk Aiyanika ke arah kandang kelinci berwarna putih yang besar.

Di sekeliling mereka sedari tadi banyak kelinci dan kucing, jujur saja Karna sebenarnya tidak begitu menyukai hewan apa pun itu. Namun, karena Aiyanika antusias menjabarkan silsilah kelinci dan kucing itu Karna dengan senang hati menjadi pendengar yang baik.

"Sebagian kelinci dan kucing di sini itu di bawa sama papi, kata papi aku harus rawat soalnya mereka enggak punya apa-apa buat hidup diluaran bebas sana," papar Aiyanika yang mengelus-elus kucing berwarna putih bersih menghampiri dirinya.

"Papi kamu suka kelinci dan kucing, ya?" Aiyanika menggelengkan kepalanya cepat.

"Papi itu alergi kucing sama kelinci, jadi suruh aku buat yang rawatnya. Papi enggak pulang-pulang, katanya mau beli makanan buat Mochi sama Michi," keluhnya.

"Loh? Mereka enggak makan sampai sekarang?"

Aiyanika tersenyum jengkel, dia pun menarik tangan Karna untuk masuk ke restorannya. Baru saja Karna menginjakan kaki di sini, wangi khas manisnya donat, martabak, dan dinginnya es krim lewat tanpa permisi dipenciumannya.

"Waktu itu aku buat es krim rasa dugong, terus aku kasih ke Mochi karena dia kesayangan aku, tadinya aku bangga kalau Mochi makan itu, tapi Mochi malah kejang-kejang terus di bawa ke dokter hewan karena keracunan."

Karna hanya bisa mendengarkan cerita itu dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. Terkadang bodohnya cewek lugu ini sampai melewati satelit.

"Om Kelinci, mau coba es krimnya?! Sini masih banyak loh!" Tawaran itu sontak membuat Karna bergidik ngeri.

"Enggak, aku masih kenyang," tolaknya.

Aiyanika tetap memaksa Karna untuk mengikutinya. Dia menyodorkan sebuah ek krim yang topingnya cokelat berwarna pink dan biru dicetak dengan bentuk ekor dugong.

Karna kira tadi akan diluar angkasa, tetapi justru ini tampak sangat lucu. Karna tak ragu lagi untuk memakannya. Saat sudah menelan semuanya habis, Aiyanika berdecak kaget.

"Om Kelinci! Maafin aku! Jangan marah, ya?!" Karna sudah tidak enak mendengar suara panik Aiyanika.

"Kenapa?" tanya Karna berusaha santai.

"Es krim dugongnya ternyata udah kadaluarsa dari bulan lalu, aku baru lihat!" terang Aiyanika dengan raut tampak sangat bersalah.

Karna tersenyum getir, "Selalu diluar prediksi bmkg."





























Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Haiiii Haiii pembaca Nanaaa tersayang, apa kabar?

Jaga kesehatan dan Love Yourself ya!

Janlup follow, share, vote dan komen!

Bye bye Guys!

LUGU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang