29. Siapa Pelakunya?

767 35 6
                                    

"Mulut akan sangat menyakitkan bila mengatakan apa yang dipikirkan tanpa perasaan."

-LuGU-


















♡Selamat Datang dan Selamat Membaca♡

















Setelah beberapa hari markas Aegros kembali direnovasi, sementara itu Adnovan terus menyelediki siapa yang ada dibalik semua teror ini. Dia harus lebih menjauh dari semua inti Aegros untuk menemukan sudut pandang yang mengarah secara efektif.

"Loh, kok ngapain lo ke sini?" tanya Adnovan terhadap Jidnan yang sedang berdiri diambang pintu markas.

Jidnan mengembuskan napas berat, "Saya ingin membantu Aegros sebagai ketua baru Treairex saya enggak tahu caranya harus bagaimana."

Adnovan terkekeh pelan, "Aegros aja kayak gak punya ketua, jadi santai aja jangan dibawa pusing."

"Kamu mau menggantikan saya mengurus Treairex?" tawar Jidnan berharap cowok berkalung salib dihadapannya itu setuju.

Namun, Adnovan malah menepuk bahu Jidnan seraya tertawa renyah.

"Gue gak ada waktu untuk ngurusin orang lain, jadi coba aja tanya sama Sarani atau anggota Treairex," usul Adnovan yang diangguki singkat oleh Jidnan.

Jidnan sedikit mengintip ke dalam markas Aegros berkeinginan untuk bertemu dengan Sarani, Adnovan pun mempersilakan lelaki bersarung dan peci yang melekat di kepalanya tersebut menambah kesan berwibawa memasuki markas dengan penuh pesona.

"Sarani, saya mau bicara sebentar," seru Jidnan tak berani menatap gadis tersebut.

Sarani yang tengah berbincang dengan Algevan pun terpaksa harus menghampiri Jidnan, dengan jarak yang lumayan sedikit jauh Jidnan mulai menghela napas panjang untuk latihan menyiapkan mentalnya.

"Sarani jadilah ketua Treairex lagi, saya enggak mau terlibat sama gang kayak gini," ungkap Jidnan masih merunduk.

Sarani menghormati sifat Jidnan yang menjaga pandangannya, mungkin tampak tak sopan bila berkomunikasi seperti ini, tetapi Sarani malah merasa termuliakan oleh Jidnan.

"Santai aja, Treairex ada atau tanpa ketua pun gak masalah, lo kalau emang terpaksa mending gak usah, balik aja ke pondok," kata Sarani merasa iba.

Jidnan menggelengkan kepalanya, "Saya maunya seperti itu, tapi Bang Kenan tetep maksa terus."

"Treairex aman kok sama gue, jadi silakan bebas lo gak perlu mikirin gang apapun."

Tanpa mengatakan apa-apa lagi Jidnan langsung membawa kakinya melangkah pergi dari markas, entah kenapa meskipun jaraknya dengan Sarani jauh dan ada beberapa penghuni di markas, Jidnan takut digoda setan untuk melakukan sesuatu yang sesat.

Dalam benaknya cukup kemarin hanya manik mata indah milik Aiyanika yang dia lihat sekilas saja.

"Ya Allah, izinkan saya menjadikan ciptaan-Mu itu untuk menemani saya dan menyempurnakan ibadah saya nanti," gumam Jidnan saat masih belum sadar melamunkan wajah lugu Aiyanika.

Saat semua orang sibuk merencanakan pertahanan Aegros dan anniversary Aegros, Rafel sangat tidak punya waktu untuk menimbrung dia banyak tahu hanya apa yang dikirim oleh Algevan melalui pesan lewat ponsel.

LUGU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang