05. Americano

271 54 0
                                    

Lucas keluar dari ruangan dengan memikirkan dua kemungkinan.

Kepastian dan ketidakpastian.

Kepastian bahwa ia mengulang banyak mata kuliah, dan ketidakpastian akan nasibnya di tahun berikutnya.

Ia sungguh tak bermaksud seperti ini.

Meskipun kemarin sore kala mengantre di kantin ia mendengar bisikan panas dari teman-temannya.

Mereka berbicara tentang dirinya yang tak pernah berangkat karena pemalas dan kaya raya.

Teman lainnya menambahkan bahwa ia tidaklah sepintar itu, dan bangku kuliah hanya untuk formalitas saja.

Ia menggeram tertahan mendengarnya.

Namun setelah dipikir-pikir, yang mereka katakan benar adanya.

Ia pemalas, tidak pintar, dan yaaaa meskipun tak ingin ia akui tapi orang tuanya kaya.

Tak mungkin ia sembunyikan fakta yang sulit ditutupi itu.

Dan lagi, ia jarang berangkat.

Bukan karena malas dengan dosennya atau telat bangun.

Tapi karena ia 'sakit' hampir setiap waktu.

Tak bisa dibilang sakit sih, dan tak sesakit itu pula, tapi ini sungguh menyiksa.

Ada kalanya badannya lemas dan berat sekalipun ia hanya duduk mendengarkan omelan dosen.

Ada pula perasaan merinding yang menjalarinya saat melewati tempat tertentu, dan tak sadarkan diri setelahnya.

Karena kejadian 'biasa' yang terus terulang seperti itu, Nyonya Huang meminta salah satu pengawal untuk mengikutinya kemanapun ia pergi.

Meski pengawal itu sudah disuruh berpakaian seperti anak kuliah pada umumnya, tetap saja menimbulkan kecurigaan teman-temannya.

Dan beredarlah gosip-gosip tentangnya kemudian.

Meski begitu, Lucas tetap berangkat kuliah.

Mimpinya masihlah sama; menjadi normal.

Ia harus bisa normal dengan keadaan tidak normalnya.

Ia tetap berangkat meski dosen mengatainya sering bolos.

Ya bagaimana lagi, ia tidak senekat itu mengatakan ijin berkali-kali dalam seminggu.

Terkadang ia titip absen pada teman satu-satunya di kampus, Dejun.

Itupun kalau Dejun berangkat.

Setidaknya ia punya seorang teman yang sefrekuensi, yang sering menemaninya disindir dosen.

Sebentar.

Jangan-jangan Dejun tidak berangkat lagi hari ini?

Padahal hari ini ada festival makanan dan konser girlband yang disukainya.

Lucas melirik jam tangannya, dan memantapkan pikirannya.

Baiklah, ia akan berkeliling sendiri.

Meskipun ia sedikit khawatir karena diadakan di belakang kampus.

Meski tak bisa melihat, ia bisa merasakan hawa yang aneh di jalan-jalan kecil belakang kampus.

Punggungnya langsung terasa pegal saat melewatinya.

Meski area terbuka dan lapangan ramai, namun jalan-jalan kecil yang menghubungkan kampus dengan lapangan ini sepi.

Sebagian besar lebih memilih jalan memutar lewat gerbang utara.

YOUR EYES | Lucas X YuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang