15. Jam

199 36 7
                                    

"Jigeum?"

Yuqi menoleh dan memasang wajah terkejut.

"Geurae."

Pasalnya Shuhua dengan entengnya mengajak makan di saat genting seperti ini.

Di balik pintu kelas.

Di depan teman-temannya yang mendadak harus antre untuk keluar kelas.

Di hadapan beberapa mata yang kebetulan lewat dan penasaran dengan kejadian menghebohkan ini.

Di belakang dosen yang baru saja keluar dan masih berjalan lima meter dari pijakan kakinya.

Di samping kakak tingkat yang menunggu reaksi seseorang yang baru saja diajak berkencan.

"Ppalliwaa!!"

Yuqi menurut saja ditarik paksa oleh Shuhua sambil memasang wajah bengongnya.

Teman-temannya yang terdampak macet dan menggerutu di belakang akhirnya bisa berjalan keluar.

"Tidak harus seka-"

Perkataan kakak tingkat itu terpotong sebab terdorong kesana kemari menghadapi kerumunan orang yang keluar.

Setelah kakinya berpijak tegak lagi, pria berjaket denim itu berdehem dan meneruskan kalimatnya.

"Kau tidak harus menjawabnya seka-"

"Joseunghamnida, sunbaenim. Aku hanya bisa menerima buketnya. Gamsahamnida."

Tangan Shuhua memaksa kepala Yuqi untuk menunduk kemudian membungkukkan dirinya sendiri.

"Besok lagi... Tolong jangan melakukannya di depan pintu saat pulang kelas."

Berakhirlah pernyataan cinta ini dengan sad ending.

Yuqi menatap wajah kakak tingkat itu sekilas sebelum ditarik paksa lagi oleh Shuhua.

Ekspresinya sedikit aneh dan canggung.

Pasti menyakitkan sekali tertolak langsung di depan banyak orang.

Shuhua adalah orang yang paling jujur dan apa adanya yang pernah ia temui.

Ia tak ragu mengungkapkan kebenaran meskipun itu sangat menyakitkan.

Dalam bahasa lainnya disebut sarkas.

Hampir sebulan kuliah, dia sudah terkenal di kalangan teman seangkatan bahkan para dosen.

Yuqi justru senang.

Setidaknya Shuhua tidak akan bermuka dua dan membicarakannya di belakang.

Ia pasti akan langsung mengatakannya begitu menemukan sesuatu yang janggal dan tak cocok baginya.

"Samgyetang?"

Kasir berseragam putih hitam itu mengalihkan atensinya pada sang pelanggan.

Shuhua mengangguk cepat menjawabnya.

Terdengarlah bunyi nyaring mesin layar sentuh kemudian.

"Totalnya enam belas ribu won."

Yuqi hendak membuka tasnya namun tertahan oleh tangan Shuhua.

"Aku yang bayar," bisik Shuhua tanpa suara.

Peristiwa selanjutnya membuat Yuqi merasa ingin menghilang.

Di antara tatapan orang-orang yang berbaris mengantri di belakang mereka, Shuhua membayar dengan buket bunga yang ternyata berisi jajaran uang.

Yuqi melongo melihatnya mencabut dua lembar uang paling bawah dan menyerahkan buketnya pada sang kasir.

YOUR EYES | Lucas X YuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang