18. Pigura

158 31 6
                                    

Mata Xiaojun menatap adegan berlarian di drama sedangkan telinganya mendengar percakapan tak jelas antar para pemilik rumah.

"Bilang saja kamu sepu- AW!"

Adalah Lucas yang berbicara dengan lantang meski sudah beberapa kali ditegur oleh cubitan dan tamparan telapak tangan Yuqi.

"Arasseo, Joyongiye!"

Harusnya Yuqi paham menyuruh Lucas diam adalah pantangan.

Buktinya baru saja mulutnya tertutup, pinggangnya menyenggol sendok hingga terkelontang tiga kali.

Yuqi menggertakkan giginya, merasa gemas pada perbuatan Lucas.

Matanya yang melebar otomatis menoleh pada sang tamu yang untungnya masih duduk diam.

Sama sekali tak terpengaruh pada kerusuhan yang dibuat sang tuan rumah.

Diambilnya sendok itu pelan sambil menyuruh Lucas mendekati temannya.

Dan langsung ditolak oleh Lucas.

Kata Xiaojun, wajah Lucas seperti buku yang terbuka.

Semua yang tersembunyi dalam hatinya tergambar lewat ekspresi wajahnya.

Seperti sehari setelah eomma memergoki apartemen mereka.

Padahal Lucas yakin ia hanya memasang wajah datar seharian, tapi Xiaojun mengatakan ia sedang banyak pikiran.

Oleh sebab itu dia tak mau mendekati Xiaojun sekarang.

Atau malah sandiwara yang akan mereka lakukan jadi ketahuan.

Xiaojun masih memandang kosong adegan perdebatan di televisi.

Tubuhnya terduduk kaku di sofa, tanpa berniat sama sekali untuk bergerak.

Bungkusan plastik berisi sekotak kimchi masih tergenggam erat oleh tangan kanannya.

Petang hari tadi, ia menyaksikan seseorang terburu-buru masuk ke dalam bus.

Sampai meninggalkan ponselnya di bangku halte.

Adalah Lucas yang terfokus pada catatan denah pulang sampai melupakan ponselnya.

Xiaojun yakin membeli ponsel baru bukan masalah besar bagi Lucas.

Namun tengah malam ini mereka ada janji penting untuk push rank bersama kawan setim mereka.

Pastinya Lucas tak mau susah-susah memindahkan seperangkat alat gaming  dari rumah ke apartemennya.

Jadi ia putuskan mengambil ponsel itu dan berniat mengantarkannya setelah kakaknya pulang.

Untungnya ia ingat alamat yang diberikan Lucas saat menggambar denah tadi.

Gedung Aria lantai empat pintu nomor 141 area Hannam-dong.

Kurang lebih lima belas menit kalau naik motor lewat jalan melingkar Jeonsu-dong.

Setengah jam kemudian, keluarlah motornya ke jalanan sambil membawa sekotak kimchi titipan sang ibu.

Ia sudah hampir keluar dari gerbang rumah ketika ibunya mendekat dan memberinya bungkusan plastik berisi kimchi.

Untuk Lucas, pesan beliau.

Melengganglah motornya berbaur dengan keramaian jalan raya.

Ia kira melewati jalan melingkar akan lebih cepat, ternyata malah tertahan macet hampir sepuluh menit di sana.

Setelah setengah jam menikmati segarnya angin malam, sampailah ia di depan gedung yang didominasi warna krem terang.

Diparkirkan motornya di depan, kemudian menjawab pertanyaan dari satpam berkacamata yang mendatanginya.

YOUR EYES | Lucas X YuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang