02. Tiramisu

403 75 3
                                    


Nyonya Huang terkejut begitu membuka pintu.

Seorang gadis cantik dengan baju putih dan jaket denim membungkuk menyapanya.

Gadis yang dilihatnya kemarin saat berkunjung ke rumah seorang dukun.

Tangannya mendekap sebuah kardus kecil di depan perutnya.

"Ah mari masuk.." ujar Nyonya Huang membuka lebar pintunya.

Yuqi berjalan mengikuti Nyonya Huang menuju sofa krem panjang di tengah ruangan.

"Silakan duduk."

Yuqi yang tadinya berjalan mengikuti kemudian berhenti dan duduk di sofa di dekatnya.

Nyonya Huang tetap berjalan meninggalkan dirinya di ruangan seluas itu.

Ruangan dengan nuansa putih berisi beberapa sofa warna krem yang berjajar dan meja kayu panjang di tengahnya.

Jajaran sofa ini saja sudah sepuluh meter panjangnya, apalagi ruangan ini.

Belum lagi dengan lantai atas yang terhubung dengan tangga melengkung.

Tipikal rumah orang kaya pada umumnya.

Wah, pasti sulit membersihkannya.

Ia jadi bertanya-tanya siapa yang bertugas membersihkan rumah ini.

Bukan ingin memuji pekerjaannya, namun ingin menyampaikan bahwa ada orang yang juga senasib dengannya.

Ruang tengah sang nenek bahkan lebih luas daripada ini, dengan perabotan kuno dan barang-barang antik yang sudah pasti akan kena marah jika menyentuhnya.

Dan ia yang setiap hari menyapu dan mengepelnya.

Padahal Yuqi sudah berkali-kali meminta dibelikan vacuum cleaner, dan berkali-kali pula ditentang.

Dasar nenek tua kolot!

Nenek tua is calling.....


Wah daebak! Baru saja menggunjing sang nenek dan langsung mendapat telepon darinya.

Yuqi masih cukup heran dengan kesaktian neneknya.

"Nde halmeoni.."

"Sudah."

"Ya."

"Hm."

"Eo."

Tut-tut-tut..

Ia simpan ponselnya dalam tas dan memejamkan matanya.

Yuqi tampak seperti cucu durhaka yang sedang dinasehati.

Bukan.

Ia tak sekejam itu.

Bahkan ia bersedia menggantikan sang nenek menemui tamunya hari ini karena beliau sibuk.

Sibuk menemani Coco -anjing peliharaan mereka- pergi ke salon.

Ia merasa lebih rendah dibandingkan seekor anjing.

Untungnya ia berhasil memenangkan penawaran harga tertinggi untuk datang kemari.

"Diminum dulu-"

Yuqi melonjak kaget melihat Nyonya Huang yang tiba-tiba berada di depannya.

Ia buru-buru menegakkan tubuhnya dan membenarkan bantal yang semula diletakkan di bawah kepalanya.

Nyonya Huang tersenyum melihatnya.

"Gwaenchana... Cukup jauh, ya, perjalanannya."

Yuqi tersenyum kaku.

Ia tidak tahu membuat segelas jus bisa secepat ini.

YOUR EYES | Lucas X YuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang