I'm back again!
Hanya terdengar suara nafas yang memburu.
River seperti lupa akan semuanya. Seolah-olah tidak memikirkan akibat dan dosa. Ia hanya ingin menyampaikan apa yang ia rasakan. Sudah lama River menahannya. Entah bagaimana Evie bisa menjeratnya begitu dalam. Yang jelas River sudah tak bisa keluar. Semua yang ada dalam diri Evie, ia begitu memujanya. Di matanya, Evie bukan lagi gadis kecil yang lucu.
Tapi gadis dewasa yang punya sejuta pesona.
Mata River terbuka sedikit untuk melihat pemandangan didepannya. Tunangannya itu tampak sangat memikat dengan pelipis yang mulai muncul peluh. Bulu matanya yang lentik juga terlihat indah. Pipinya semakin memerah. Tangan River terangkat untuk menyentuh pipi yang halus itu. Lalu merangkum wajahnya untuk memperdalam permainan mereka.
"River...." gadis itu menggumam lirih. Kedua tangannya mencengkeram jas yang dipakai River. Ia merasa lemas dan tubuhnya melayang. Efeknya begitu besar bagi tubuhnya. Membuat Evie tak bisa berpikir jernih lagi.
"Yes, baby?" paham kalau Evie kehabisan nafas, River menjauhkan wajahnya. Lagi-lagi ia menahan diri. Pemandangan yang ia lihat membuatnya ingin mengulangi permainan tadi. Tapi ia urungkan saat Evie menghirup udara dengan rakus. Wajahnya merah padam, bibirnya terbuka dan bengkak, matanya sayu, dan nafasnya memburu. River baru melihat sisi Evie yang seperti ini.
Dan ia menyukainya.
"Take e deep breath, babe." ibu jarinya bergerak untuk menyentuh bibir Evie lalu menekannya pelan. River begitu menikmati ekspresi Evie sekarang. Gadis itu seperti pasrah.
Setelah bisa bernafas normal, Evie menatap River lekat. Dalam jarak sedekat ini ia bisa melihat wajah sempurna yang selama ini diagungkan orang-orang. Putra sulung dari salah satu capres yang menyita perhatian publik karena ketampanannya. River juga punya perusahaan mebel sendiri. Berbeda jauh dengan River yang ia lihat selama remaja. Laki-laki itu semakin tinggi dan tentunya punya aura berbeda. River sekarang juga lebih banyak bergaul dengan orang-orang dewasa baik di lingkungan kerjanya atau di lingkungan politik.
"What are...... we?"
Otak Evie mendadak kosong. Selama ini ia tidak menganggap serius hubungan ini. Meskipun begitu ia tetap menghargai River sebagai tunangannya dengan menjaga diri. Pikir Evie, mereka tidak akan menikah. Pertunangan ini hanya sebagai syarat da Evie hanya perlu memainkan perannya. Kalau persyaratan itu selesai, maka pertunangan itu akan berakhir. Dan Evie bisa hidup normal. Toh ia sendiri juga masih 23 tahun. Tak pernah sedikitpun untuk menikah karena yang ia pikirkan adalah menikmati masa-masa ini terlebih dulu. Ia harus memainkan perannya dulu.
Bahkan ia tak pernah berpikir sedikitpun untuk menikah dengan River.
Tapi sekarang? Ciuman tadi maksudnya apa? Bahkan lebih intens dibanding sebelumnya. Ia mendadak blank. Tidak bisa berpikir jernih. Bahkan ia masih bisa merasakan kecupan hangat itu di bibirnya. Rasa manis itu masih terasa. Dan semua kejadian tadi sudah terekam dalam otaknya.
"Kamu ingin tahu? Atau memang tidak tahu?" River bertanya balik. Ia tersenyum miring melihat raut wajah bingung Evie. Pikirannya mulai kemana-mana saat melihat rahang Evie. Haruskah ia memberi tanda juga?
"Aku memang tidak tahu," ungkapnya jujur. Menyadari arah pandangan River, ia langsung membaringkan tubuhnya dan bersembunyi dibalik selimut. Menghindar dari terkaman binatang buas untuk yang kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take A Chance With Me
Teen Fiction[Hartawan-Lukito Series #1] - Bisa dibaca terpisah. River dan Evie sudah bertunangan sejak mereka kecil. Mereka hanya selisih setahun saja. Dan pertunangan itu ada karena bisnis diantara dua keluarga. Keluarga Winareksa yang memang sangat berjasa a...