34. Countdown

475 55 14
                                    

3 jam sebelum penembakan.



Dengan bantuan Fadil—tentunya karena dipaksa dulu—Evie berhasil menemukan hotel yang dimaksud. Sebuah hotel besar yang Evie tahu milik keluarga Addams—salah satu keluarga konglomerat tersohor—sebagai hadiah ulang tahun putri bungsunya yang ke-20. Evie ada di dalam taksi dengan raut wajah panik luar biasa. Penembakan... bukankah itu hal yang gila? Hanya orang berpengaruh dengan backingan kuat yang bisa merencanakan hal gila ini ke presiden yang belum dilantik. Di sisi lain, ia mulai menghubungi Al dan Dierja, tapi keduanya tidak bisa dihubungi. Kenapa harus di saat genting begini mereka tidak bisa dihubungi?

Evie makin ketakutan.

"Papamu akan baik-baik saja. Kakekmu juga. Kamu harus tenang juga, ya? Kamu punya Mama." Evie mengelus perutnya sendiri. Sumpah, pemerintahan era pemilu membuatnya muak. Terlalu banyak drama dan banyak politikus yang haus kekuasaan. Dan korbannya?

Ia dan calon bayinya.

Evie tahu ia sedang dilarang kemana-mana. Muncul di publik juga dilarang. Ia juga tidak boleh pergi sendirian tanpa bodyguard. Tapi masa bodoh. Kalau ia mengikuti aturan itu, bagaimana nasib Malik Hartawan nanti?

"Bisa lebih cepat?"

"Ini sudah cepat, Non."

Yang ada Evie makin frustasi. Ia harus menempuh jarak satu jam lebih untuk kesana. Waktu semakin terbatas dan ia harus sampai disana tempat waktu. Ia harus memastikannya dengan mata kepalanya sendiri. Dan mencegahnya. Kalau bisa, ia akan memberitahu ke mereka untuk mengecek keamanan.

"Waduh, macet." sang sopir mengeluh sambil menekankan laju mobilnya.

"Yahhh, gimana ini?"

"Mau gimana lagi, Non? Mau balik juga gak bisa. Kita nunggu aja sampai macetnya kelar."

Sial! Evie rasanya ingin menangis. Kenapa harus macet? Di situasi ini? Evie kembali membuka ponselnya dan menghubungi Serena. Karena Serena juga tahu masalah ini.

"Gimana? Lo jadi nyusul?"

"Jadi, tapi gue kejebak macet. Lo bisa kesana duluan gak? Tapi jangan lewat jalan utama. Coba deh nyari di GPS jalan pintas gitu."

"Hotel mana? Nanti gue cari, deh."

"Addams Hotel."

"Oh, Addams Hotel? Gue tahu. Anak bungsunya yang lagi ulang tahun, kan? Itu sepupu jauh gue. Udah gampang itu, mah."

Evie terheran. "Serius lo? Sepupu jauh?"

"Iya, sepupu jauh. Makanya gue gak kenal-kenal amat. Tapi gue tahu hotelnya. Ini gue sama anak-anak udah kumpul."

"Lo ngajak yang lain?"

"Mereka udah tahu, gue cerita tadi. Dan mereka percaya sama kita berdua, dan mau bantu. Karena River, temen kita juga."

Evie sangat terharu. "Terimakasih. Gue seneng punya temen kayak kalian."

"Santai, kayak ke siapa aja." Serena terkekeh. "Udah ya, kita mau siap-siap dulu. Sampai ketemu disana."

"Oke, nanti gue nyusul."

Evie mematikan teleponnya dan menunduk dalam. Berdoa dalam hati semoga saja adegan penembakan itu tidak ada. Semoga saja itu cuma prank. Semoga Malik dan River.... baik-baik saja. River sejak mengirimnya pesan tadi, juga tidak bisa dihubungi. Lengkap sudah keresahan Evie sekarang. Satu-satunya yang dapat diandalkan itu Fadil. Tapi dia belum melapor lagi sampai sekarang.











******************










"Kira-kira Nancy tahu darimana?"

Take A Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang