23. That Girl

637 80 8
                                    

"Al?"

Saat turun dari mobil, Evie dikejutkan dengan kedatangan Al. Cowok itu rupanya pengemudi mobil yang berhenti didepan mobil mereka. Gladys dan Nancy yang melihat sosok Al sontak melebarkan mata.

"Alkaero? Lo yang digosipin sama Evie, kan?" tanya Gladys memastikan. Al hanya tersenyum kecil dan langsung menghampiri calon kakak iparnya. Membiarkan Gladys dan Nancy yang masih terbengong.

"Al? Kok lo tau gue disini? River yang ngasih tau lo?" Evie lega karena ada Al juga. Disisi lain ia juga bingung. Mendadak ada Al disini? Mana menyusul ke Puncak dan tahu dimana ia berada.

"GPS mobil abang terhubung ke hape gue. Gak sengaja ngecek keberadaan abang karena gak ada di apartemen, terus gue liat titik merah di GPS jalan gak nentu arah. Akhirnya gue susul dan ikutin. Rupanya lo yang bawa mobil abang?" jelas Al panjang lebar lalu sedikit melongok kedalam. "Loh, abang mana?"

Evie menarik tangan Al lalu membalikkan badannya. Ia menyuruh Al agar melihat jauh ke depan. Dimana ada rombongan mobil dan orang yang sedang berkumpul. Berkelahi juga dan terdengar suara tembakan beberapa kali. Al menutup mulutnya sendiri. Merasa tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

"Ada apa ini? Kenapa mereka saling menembak?"

"Panjang ceritanya. Yang penting lo—"

DOORR!!!

"Anjirrr!!" umpat Al dan mereka semua kontan berjongkok. Bersembunyi dibalik mobil. Tembakan tadi mengenai kaca spion sebelah kiri sampai pecah. "Ini mobil mahal woy!!"

"Ini ada apa, sih? Mereka siapa? Dan kenapa mereka ada disini? Lalu menembak mobilnya abang?" tanya Al bertubi-tubi karena ia ikut panik.

Evie menyuruh Al untuk tetap diam. Ia mengintip dan ternyata pertempuran itu sudah selesai. Banyak ogang yang berjatuhan. Diam-diam jantung Evie berpacu lebih cepat. Apa mereka semua mati? Saat mengintip, mata Evie mengenal sosok yang sedang berjalan ke arah mereka. Langsung saja Evie berdiri dan menghampiri orang itu.

"Guntur!"

"Nona Evie gapapa, kan? Gak ada yang terluka, kan?" tanya Guntur panik dan memeriksa tubuh Evie dari atas hingga bawah. Tak lama ia menghembuskan nafas lega karena Nona Mudanya tidak lecet sedikitpun.

"Aku gapapa. Mereka... anak buah Paman Malik, ya?" tanya Evie hati-hati. Ia melihat sekumpulan orang yang berperawakan besar seperti anggota kepolisian mulai masuk ke mobil satu-persatu.

"Iya, mereka semua anak buah Pak Malik. Untung kita bisa menyusul Nona Muda dan menghabisi mereka."

"Sebenarnya ada apa ini?" Al tak henti-hentinya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan sampai ada adegan tembak-menembak. Apa Evie sedang dikejar orang jahat? Atau hal lain?

"Mereka semua pembunuh bayaran yang diperintah oleh Arsyadi Modjo. Untuk motif bisa dua hal. Ingin mencelakai Tuan Muda atau Nona Evie," jelas Guntur. Yang membuat mereka semua syok bukan main. Tubuh Evie seketika melemas dan untung Al bisa menopangnya.

"Evie... mau dibunuh?" tanya Gladys merinding. Karena ia adalah sopirnya tadi. Bayangkan kalau ia tidak bisa lolos dan tidak mengebut, Evie pasti sudah tertangkap. Gila, ini sangat gila.

"Lalu abang kemana?" Al belum menemukan keberadaan kakaknya diantara para cewek ini. Sedangkan Evie tubuhnya sudah mulai melemas.

"Tuan Muda sedang dalam perjalanan." Guntur menekan earphone nya untuk berkomunikasi. "Sebentar lagi sampai," lanjutnya lagi. Ia berbalik dan mulai berbicara dengan para anak buahnya.

Evie merasa pening dan tubuhnya lemas. Ia hanya bisa bersandar ke tubuhnya Al karena ia tidak sanggup berdiri. Sebelah tangannya terus mendekap perutnya yang masih rata. Ia sangat syok. Al dengan sigap menahan tubuhnya dan mengelus punggungnya pelan. Ia melakukan hal yang sama persis dengan River. Karena Al tahu kalau Evie akan nyaman kalau diusap punggungnya.

Take A Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang