Happy reading!!!
Rakernas Partai Demokrasi Indonesia dilaksanakan di sebuah hotel mewah ibukota. Satu jam lagi akan dilaksanakan dan tahap persiapan hampir selesai. Guntur mengawasi kerja anak buahnya sesekali memantau laporan lewat earphone. Tapi saat sibuk berjalan untuk mengawasi, ia dibuat tegang saat mendapat laporan masuk.
“Lapor, Nona Muda diserang orang tidak dikenal di mall. Pak River dan Pak Al juga ada di tempat kejadian. Sekarang Nona Muda sudah dibawa ke RS Winareksa.”
“Diserang? Apa maksudmu?”
“Lampu mall tiba-tiba padam selama 10 menit, dan dalam waktu itu ada orang asing yang melukai tangan Nona Muda.”
Guntur terdiam. Ia sudah menduga akan terjadi sesuatu mengingat akan dilaksanakan rakernas. Itu sebabnya Guntur memperketat pengamanan hotel ini dan menyiapkannya seaman mungkin. Ia punya firasat kalau Dierja akan digagalkan dalam memimpin rapat. Tapi ini sungguh diluar dugaan?
Malah Evie yang jadi sasaran?
Menyabotase rakernas dengan melukai putri tunggal ketum nya?
Ini tidak bisa dibiarkan. Guntur bergegas memberitahu anak buahnya untuk mempersiapkan mobil untuk Dierja. Ia berlari menuju pojok ruangan dimana Dierja sedang bercakap-cakap dengan sekretaris pribadinya—Taruna.
“Bapak, kita harus ke rumah sakit.” Guntur menetralkan nafasnya yang memburu. Ia tegang kalau boleh jujur. Merasa gagal melindungi Evie dan mengerjakan acara ini.
Raut wajah Dierja terlihat bingung. “Buat apa? Saya tidak sakit, Guntur.”
“Nona Muda terluka. Ada orang asing yang menyerangnya saat membeli Lego di mall.”
Tak ada jawaban apapun. Hanya wajah terkejut dan panik yang muncul sebagai jawaban. Setelah itu, Dierja berlari cepat keluar ballroom. Dengan kode mata, ia menyuruh anak buahnya untuk mengikuti Dierja. Ia harus berbicara dengan Taruna.
“Lalu Rakernas ini bagaimana?” tanya Taruna kebingungan. Ia juga cemas juga memikirkan Evie yang tiba-tiba terluka.
“Kamu suruh Pak Budiman untuk menggantikan sementara. Bilang saja kalau Bapak ada kepentingan mendadak.” Budiman Kurnianto—sang Wakil Ketua Umum.
“Baik.”
“Dan pastikan hal ini tidak sampai ke media. Rakernas harus tetap jalan. Ini tanggung jawabmu, Taruna. Saya akan menyusul Bapak.”
Ekspresi Taruna tampak serius. Ia menatap ke sekitar dimana para kader sudah mulai ada yang berdatangan. Mereka adalah kader-kader perwakilan dari berbagai daerah. Mereka saling berbaur dengan yang lain dan bercengkerama dengan santai. Rakernas ini akan membahas pemilu yang akan datang. Pikiran Taruna sepertinya sama dengan Guntur.
“Apa ada yang ingin menyabotase?”
Tepat sekali. Kecurigaan mereka sama.
“Sepertinya begitu.”
“Tapi kenapa harus Nona Muda?”
Guntur tampak berpikir. “Kalau menyerang Bapak, itu terlalu kentara. Dan publik bisa curiga. Kalau ke Nona Muda, tidak akan ada kecurigaan. Toh, selama ini Nona Muda disembunyikan identitasnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Take A Chance With Me
Fiksi Remaja[Hartawan-Lukito Series #1] - Bisa dibaca terpisah. River dan Evie sudah bertunangan sejak mereka kecil. Mereka hanya selisih setahun saja. Dan pertunangan itu ada karena bisnis diantara dua keluarga. Keluarga Winareksa yang memang sangat berjasa a...