9. There's Nothing Holdin' Me Back

955 106 3
                                    

Hari ini terasa berbeda bagi River.

Biasanya, apartemen ini sangat hening. Karena River sendiri lebih suka ketenangan. Ia banyak bekerja disini. Mulai dari mengecek laporan, memantau perusahaan mebelnya, atau tidur. Harusnya juga di jam sekarang, River sudah anteng di ruang kerjanya sambil fokus ke komputer. Tapi sekarang, ruang kerjanya sudah jadi tempat tidur Evie. Dan River rela membawa barang-barang kerjanya ke kamar. Membuat kamarnya menjadi sempit memang, tapi tak masalah. Tapi hari ini beda

Karena ada Evie.

Gadis itu bertingkah layaknya sedang di rumah sendiri. Berlarian kesana-kemari karena Al yang terus mengganggunya. Ah, River melupakan kalau Al masih disini. Pantas terasa ramai. Mereka berdua ini suka sekali bercanda dan saling mengejek juga. Padahal hanya beda setahun dengan Evie yang lebih tua, tapi tingkah mereka seperti seumuran.

"Al, sini balikin! Lo mau ngapain sih emang?"

"Pinjem hape masa gak boleh? Pelit lo!"

"Bukannya pelit tapi gue juga mau main, sialan!"

"Halah, palingan juga dengerin spotify sambil menggalau," ledek Al. Ia akhirnya duduk dan melakukan selfie dengan ponsel Evie. Tentu tanpa izin dulu dengan sang pemilik. Evie berdiri tak jauh darinya sambil berkacak pinggang.

"Ya terus masalahnya apa sama lo? Sewot amat."

"Gue pengen nunjukin sesuatu sama lo. Bentar."

River hanya mengamati kegiatan mereka sembari berjalan mendekat. Duduk disamping Evie sambil menyerahkan segelas susu coklat hangat. Ia belum pernah melakukannya sebelum ini. Dan mungkin akan jadi salah satu rutinitas untuk kedepannya. Al menyerahkan ponsel Evie dengan senyum misterius.

"Ngapain lo?" River menangkap ada yang tidak beres dengan senyuman licik itu. Penuh tipu muslihat sepertinya.

Sedangkan Evie mengambil ponselnya tanpa curiga apapun. 5 detik kemudian ia memekik kencang dan menatap Al tajam. "Apa ini? Lo ngapain Alkaero?"

Al tertawa terbahak-bahak. River yang melihat muka Evie yang mirip macan merebut ponsel itu. Ia heran melihat layar ponsel Evie yang terus muncul notifikasi dari aplikasi Instagram. Karena penasaran, River membuka aplikasi itu dan akhirnya ia tahu sumber masalahnya.

Ada foto Al yang diupload sebagai instastory. Dan itu di akun Evie.

"SIALAN LO!!!"

"Evie, udah." River mencekal lengan Evie yang ingin melempar Al dengan bantal sofa. Tangan satunya lagi ia gunakan untuk menghapus story tadi. "Udah aku hapus."

"Nanti kalau aku dikira pacaran beneran sama Al gimana? Walaupun udah dihapus tetep aja ada yang screenshot. Kamu kayak gak tau saja netizen jaman sekarang. Nanti fans Al ngamuk lagi! Aku gak mau dikata-katain terus!" adunya kesal dengan mata memerah. Sebenarnya tidak masalah tentang instastory itu. Tapi melihat keadaannya sekarang pasti akan jadi boomerang sendiri untuknya. Ia capek dihujat sama fans nya Al yang mayoritas bocil puber itu.

"Alkaero, ini kelewatan. Abang gak suka," peringat River. Ia memeluk tubuh kecil itu dan menepuk pundaknya agar tenang. Jujur, ia juga tidak suka bercandanya Al tadi. Justru membuat keadaan makin memburuk.

Dan Al yang melihat Evie menangis spontan panik. Ia tidak menyangka kalau bercandanya sangat kelewatan dan melukai tunangan kakaknya itu. Ia dengan kesadaran penuh langsung berlutut depan River. Seperti pengawal yang minta ampun ke raja karena melakukan kesalahan fatal.

"Ampun, bang."

River menjitak kepala sang adik saking kesalnya. "Lain kali jangan gegabah."

"Iya, bang. Maaf—" ucapannya terhenti saat ponselnya bergetar di saku celana. Al mengambilnya dan seketika wajahnya memucat saat tahu siapa yang menelepon. "Mampus," lirihnya.

Take A Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang