Maaf kalau lama ya guys😆
Krisna Marzuki menghampiri rombongan circle Evie dengan langkah pelan. Sadar jika yang datang adalah presiden, mereka—termasuk Evie—kompak membungkuk sopan sebagai tanda hormat ke pemimpin negara. Krisna kini berdiri didepan Evie dan menepuk pelan pundaknya. Evie sempat menahan nafas karena takut tiba-tiba dihampiri oleh presiden.
"Jangan salah paham. Aku mengetahui kehamilanmu dari Dierja kemarin malam. Tentu saja aku terkejut mendengarnya. Dierja menceritakan semuanya dan menyuruhku untuk menjaga rahasia." Krisna tersenyum tenang saat menangkap raut wajah Evie yang kebingungan. "Selamat, ya. Jaga kandungannya baik-baik dan jadilah Ibu yang baik. Semoga janinnya sehat sampai lahir." Krisna kini melirik ke River yang terus mengawasinya sejak tadi. Tapi memang benar kok kalau semalam ia dihubungi Dierja. Hanya saja ia berakting seolah tidak tahu dan bersedia menjaga rahasia.
Haha, apakah sandiwaranya ini sedang dipantau oleh River Hartawan?
"Ah, begitu. Terima kasih sudah mau datang, Pak Krisna." Evie akhirnya mengembangkan senyum.
"Kalian teman-temannya Evie?" sapa Krisna ramah ke 5 orang lain. Kompak 5 orang itu menyalami tangan Krisna satu-persatu.
"Iya, kami temannya Evie dan River juga," sahut Serena.
Krisna mengangguk paham dan ia menemukan keanehan. Seperti ada yang kurang. Tapi saat sadar apa yang kurang itu, Krisna menatap River penuh arti. "River, bagaimana kabarmu?" ia berganti ke River dan berbasa-basi.
"Sangat baik, Pak," jawab River singkat. Ia sepertinya tahu kalau Krisna menyadari ketidakhadiran Nancy disini. Sebenarnya sejauh apa Krisna mengetahui semuanya?
"Baguslah. Kalau begitu aku permisi dulu. Bapak harus menyapa Dierja dan Malik." Krisna pamit dan menghampiri Dierja yang berkumpul dengan para orang terdekatnya. River mengepalkan tangan dan merangkul bahu Evie mendekat padanya.
"Capek gak, sayang?" River mengangkat pelan dagu Evie keatas. Dari raut wajahnya kelihatan kalau Evie sedikit lelah.
"Huum." Evie mengangguk pelan. Ia merangsak ke dada River dan menenggelamkan wajahnya kesana. "Aku boleh istirahat duluan?"
River menoleh ke sekitar dan melihat Dierja dan Malik yang masih sibuk berbincang-bincang dengan Krisna. River menekan earphone nya dan berbicara dengan Fadil. "Katakan ke Ayah dan Paman Dierja, Eden harus istirahat dulu karena dia lelah. Setelah mengantar Eden ke kamar, aku akan kembali."
"Baik, Pak."
"Guys, gue nganterin Eden dulu ke kamar. Dia capek." River pamitan ke teman-temannya. Ia juga mengambil alih sling bag yang dibawa Evie dan ia kalungkan ke lehernya.
"Yaudah, antar dia ke kamar sana. Biarin dia istirahat." Haikal mengangguk mengiyakan.
River mengajak Evie keluar dari area ballroom menuju lift. Kamar yang ia sewa ada di lantai 10 unit 2. River memang sengaja menyewa kamar di hotel ini untuk berjaga-jaga kalau acaranya sampai larut malam. River tidak mungkin pulang ke apartemennya karena jarak yang jauh. Pilihan yang tepat memang menyewa kamar sekalian disini.
"River?"
"Hm?"
"Pak Krisna baik, ya? Dia bisa nyempetin datang ke acara ini. Aku tahu kalau seorang presiden pasti sibuk. Tapi melihatnya datang tadi, aku sedikit terharu." mata Evie terpejam dan makin mengeratkan pelukannya ke dada sang tunangan.
"Terharu?" River menatap datar ke depan. Sembari menunggu lift sampai ke lantai 10, River mendekap tubuh Evie lekat. "Rasa terharumu itu sia-sia, Eden," sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take A Chance With Me
Teen Fiction[Hartawan-Lukito Series #1] - Bisa dibaca terpisah. River dan Evie sudah bertunangan sejak mereka kecil. Mereka hanya selisih setahun saja. Dan pertunangan itu ada karena bisnis diantara dua keluarga. Keluarga Winareksa yang memang sangat berjasa a...