20. Your Friends are My Friends too

808 84 11
                                    

"Buset, lo bunting?" teriak Serena heboh. Gladys buru-buru menutup mulut temannya ini karena tidak mau membuat Evie malu. Nancy malah bengong dengan pandangan matanya yang lurus ke perut rata Evie.

"Sumpah, hidup lo penuh kejutan banget. Kemarin jadi tunangannya River, sekarang hamil? Anjir, besok apalagi woy? Lo bakal jadi menantu presiden gitu?" seloroh Gladys.

"Betul, gue bakal nikah sama River nanti."

Serena hampir oleng jika Gladys tidak menahannya. "Lo selama ini menganggap kita apa? Tega lo bikin jantungan terus gini?"

"Ya maaf, soalnya juga keadaannya lagi pemilu. Berhubung kalian temen gue, makanya kalian pengecualian. Gak banyak yang tahu kalau gue tunangannya River. Gue yang hamil juga ditutupi rapat-rapat untuk sekarang. Kan udah gue kasih tahu ini."

Dengan izin dari River dan harus melewati ceramah panjang lebar dari Dierja, Evie bisa bertemu dengan ketiga temannya di private cafe. Cafe yang lumayan terkenal di kalangan atas, dan Evie memutuskan untuk berkumpul disana. Tempatnya dijamin privasinya jadi Evie tidak perlu cemas atas paparazzi atau penguntit. Dan River sendiri juga pergi ke suatu tempat bersama temannya juga, entah kemana. Ya, mereka berdua pergi sendiri-sendiri bersama teman berdekat sebelum menikah.

"Mertua lo udah fix jadi presiden, tuh. Hebat juga gue bisa temenan sama menantu presiden," celetuk Nancy. Yang membuat Evie terkekeh lagi.

"Terus lo udah hamil berapa bulan?"

"5 minggu, sih. Tapi masih rata, belum kelihatan." Evie mengelus perutnya sendiri. Senyum tipisnya muncul. Jujur, ia juga terkesan dengan dirinya sendiri karena akan menjadi seorang Ibu. Terlebih ini anaknya dengan River. Laki-laki yang selama belasan tahun ini menemaninya. Menjadi tunangannya.

"River kayaknya cinta mati sama lo. Waktu lo mabuk dulu, dia sabar banget ngeladenin lo yang lagi teler. Natap lo teduh dana lembut banget. Gue sampai heran sekaligus kaget karena baru kali ini gue liat cowok sepeduli itu dengan mata kepala gue sendiri," sahut Serena panjang lebar. Ia langsung mengingat pertemuan pertamanya dengan River. Dimana laki-laki itu terus memusatkan perhatiannya ke Evie dan terus sabar.

"Iyakah?" jantung Evie seketika berdesir cepat.

"Iya. He's really worried about you that time. Dia gak tau kalau lo suka minum kah walau kadar toleransi alkohol lo rendah?" tanya Gladys kepo. Dan dijawab Evie dengan cengiran.

"Ck, pantes aja. Gue sempet takut kalau laki lo ngamuk sama kita. Dikiranya kita yang membawa pengaruh buruk ke lo. Padahal aslinya lo yang sering ngajakin kita ke bar." Nancy berdecak kesal.

"Dia baik ke gue. Baik banget. Dan gue beruntung banget bisa kenal sama dia. Dia selalu ada saat gue butuh dia, selalu hibur gue saat gue sedih, dan selalu melakukan apapun yang bisa buat gue bahagia. Gue gak mau semua perhatian itu hilang. Gue egois gak, sih? Gue aja bisa uring-uringan perkara Angelina doang. Gue lebay, gak?"

Ketiga cewek tadi saling pandang. Terheran-heran melihat Evie yang seperti ini. Karena setahu mereka, Evie ini paling anti sama cowok. Dulu Evie populer dan didekati banyak cowok tapi Evie yang tidak mau. Entah apa alasannya. Makanya mereka kaget pas tau Evie punya tunangan, terlebih bisa cemburu begini?

"Lo cemburu?" Gladys menaikkan alis heran.

"Ya wajar sih cemburu, secara lo udah punya anak dari dia," tambah Serena. Ia memperhatikan tingkah Evie dengan seksama yang sibuk mengelus perutnya sendiri. "Sumpah, gue masih kaget loh lo bisa hamil."

"Namanya cemburu, ya?" Evie tersenyum tipis. Menyadari kalau ia bisa cemburu ternyata lucu juga.

"Lo udah jatuh cinta beneran saman River kayaknya." Nancy meminum choco shake nya. Ia bersedekap dada dan menatap temannya ini dengan ekspresi tengil. "Gimana? Enak gak mainnya?"

Take A Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang