[ ⚠ Chapter ini terinspirasi dari adegan penembakan mantan presiden sekaligus calon presiden USA 2024 dari Partai Republik—Donald Trump—saat melakukan kampanye. Dan penembakan yang menewaskan dua mantan presiden USA di periode lampau.]
Nancy sedang menyembunyikan diri.
Dia pergi ke luar Jawa—tepatnya ke Kalimantan. Pergi ke salah satu tempat yang sekiranya tidak ada orang yang menemukannya. Menyewa sebuah kos ditengah pedalaman dengan tidak tenang. Bagaimana ia bisa tenang kalau ia dihantui oleh Arsyadi Modjo?
"Ayah akan menembak Malik Hartawan dengan menyewa sniper berpengalaman. Malik akan memberikan pidato pertamanya saat pembukaan sebuah hotel di ibukota. Jika kamu tidak bisa membantu Ayah lagi, maka Ayah melakukannya sendiri."
Pesan yang dikirim beberapa hari yang lalu lewat orangtua angkotnya—Ben—membuatnya merasa dihantui. Inilah alasan ia kabur yang sebenarnya. Arsyadi merencanakan penembakan—dan ia takut terlibat. Tapi ada satu alasan yang membuatnya begini.
Karena Evie.
Muncul rasa bersalah karena mengkhianati Evie selama ini. Ia mengenal Evie sejak kuliah dan saat tahu Evie adalah anak dari Dierja—Nancy mulai mengulik informasi. Semua ini ia lakukan karena perintah Arsyadi. Nancy hanya ingin merasakan dianggap oleh Ayah kandungnya meskipun ia tahu kalau ia hanyalah anak haram yang diselamatkan hidupnya. Nancy juga tahu kalau ibunya dibunuh. Makanya Nancy takut, akan mengalami hal yang sama. Ia sudah disekolahkan dan diberi kehidupan yang layak—hanya mengawasi Evie, itu tugas yang gampang. Itu menurutnya, dulu.
Sekarang tidak. Nancy semakin tahu kalau Arsyadi, memang mengincar Evie.
Dan Nancy merasa bersalah.
Ingat kalau Nancy beralibi ingin mengantar Gladys ke apotek saat di Puncak? Itu hanyalah pancingan agar Evie mau keluar. Supaya lebih mudah untuk ditangkap.
Tapi Nancy melupakan power dari River.
Apalagi Evie setiap hari memberinya pesan dengan kalimat yang menenangkan. Terus menanyakan keadannya—membuat Nancy semakin bersalah. Dosa apa Evie sampai menanggung semua ini? Terlebih dia lagi hamil. Meskipun tidak membalasnya, Nancy membaca semua itu. Hatinya berdesir cepat dan ia makin terasa sesak.
Semua ini membuatnya hampir gila.
Terutama Reza.
"Maafin aku.." lirih Nancy saat mengingat Reza dan semua kebaikannya selama ini. Reza pasti membencinya jika mengetahui semua ini. Jadi lebih baik, seperti ini saja.
Tangan Nancy mencengkeram erat remote TV dengan air mata yang terus mengalir. Ia menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Penembakan Malik Hartawan—akan dilaksanakan hari ini. Ia tidak tahu pasti Arsyadi akan melakukannya atau tidak. Tapi tetap saja ia kepikiran. Nancy hafal sifat Ayahnya yang sangat haus kekuasaan.
Dan akan mematikan para kompetitor yang menghalangi rencananya.
Jika ia tidak menghentikan ini, ia akan berdosa besar bukan? Malik adalah presiden terpilih. Negara akan gempar jika Malik ditembak. Apalagi jika sampai—meninggal? Nancy melempar remote tadi karena merasa ngeri. Telinganya berdengung. Tidak, apa Malik akan mati hari ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Take A Chance With Me
Teen Fiction[Hartawan-Lukito Series #1] - Bisa dibaca terpisah. River dan Evie sudah bertunangan sejak mereka kecil. Mereka hanya selisih setahun saja. Dan pertunangan itu ada karena bisnis diantara dua keluarga. Keluarga Winareksa yang memang sangat berjasa a...