09.

11.9K 1.4K 97
                                    

Jangan lupa voment sayang💕

✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Gue bakal jagain lo dari mereka Cal.

-Qeila Apridatan-

Enjoy💕, jangan lupa voment✨.

Qeila benar-benar panik, suhu tubuh Zical tinggi dan tubuhnya menggigil, wajahnya pucat, air mata terus mengalir dari kedua matanya.

"Huuu..hiks..hun..da.." lirihnya. Dia mengigaukan bunda, siapa bundanya?.

Qeila mencium dahi Zical lembut "Sebentar ya, tahan sebentar Cal" lirihnya khawatir. Dia masuk tanpa memperdulika mami dan papinya yang lagi pangku-pangkuan.

"Qeila!?" seru Qeiza kaget, dia berdiri sembari menggendong Celo. Dan berjalan mengikuti Qeila menuju lantai 3 yang tak lain adalah kamarnya.

Perasaan anak gadisnya itu pergi sekolah, bukan mungut anak kucing di pinggir jalan.

Qeila sampai setelah menaiki lantai 3, segera dia mendekati pintu kamarnya dan menendangnya kuat. Dia khawatir, dia takut, baru kali ini dia merasa takut kehilangan seseorang.

Dengan lembut Qeila menidurkan Zical di kasurnya dan melepaskan seragam putih Zical yang terlihat kotor, lecek tak terurus.

"Ma, telepon Paman Tami! Cepetan Ma!!" pinta Qeila tak sabar, dia berjalan ke arah lemari lalu mengambil sweater besar miliknya yang pasti pas di tubuh kurua Zical.

Zical memang kurus, bahkan pipinya terlihat tirus. Dia tak terurus di keluarganya sendiri. "Oke, Celo turun bentar ya. Duduk disini" bujuk Qeiza sembari menurunkan Celo di kasur.

Tapi suaminya itu menggeleng ribut dan malah mengeratkan pelukannya di leher Qeiza "Emoh!" tolaknya.

"Celo, jangan nakal!"

"Emoh ya emoh!!"

"Celo mau Qei pukul pantatnya!?"

Celo diam, matanya mulai memerah dan berkaca-kaca lagi "Qei marah-marah..hiks..Qei marahin Celo.." isaknya perlahan, dan mulai melonggarkan pelukannyan

Qeiza tak meladeni tangisannya dan langsung mendudukan Celo di pinggir kasur ujung Qeila. Dan berjalan menuju lantai 1 karena ponselnya ada disana.

Qeila benar-bena panik, dia serasa ingin menangis saat melihat kondisi Zical yang jauh dari kata baik. "Lo bakalan baik-baik aja, lo gabakal luka lagi" lirih Qeila.

Ayolah, dia tak mau kehilangan calon imamnya jika seperti ini.

*****

Dokter Tami selesai memeriksa Zical, dia menghela napas pendek sejenak lalu mengatakan perihal kondisi Zical.

"Keadaannya tak baik, terlalu banyak luka di tubuhnya. Sabetan, memar, luka robek, dan psikisnya yang sedikit terganggu. Dia harus mendapat penanganan yang tepat, kasih sayang, perhatian dan makanan yang dijaga."

Qeila menahan napas sejenak, segitu buruknya. "Apa dampak buruknya?" tanya Qeila pelan.

"Dia butuh orang yang bisa menopangnya untuk tetap hidup. Jika dia sudah menyerah, self harm atau lebih parah dia akan bunuh diri."

Qeila menunduk, menatap Zical yang masih terlelap dengan infus di tangannya. Napasnya tak lagi memburu seperti tadi, suhu tubuhnya juga tak setinggi tadi.

"Makasih Tami, ngomong-ngomong gimana keadaan Qeenzia?"

Tami menunduk, kemudian mendongak kembali. Senyum penuh kepalsuan tercetak di wajah pucat tampannya. "Masih sama, dia tak kunjung mengingatku." lirihnya.

"Sabar, Qeenzia itu sangat mencintaimu. Sebentar lagi dia akan ingat"

Tami harap begitu, semoga saja memang begitu karena Tami tak tahan lagi dengan Qeenzia yang tak mengenalinya sebagai suaminya.

Apa efeknya tak kunjung menghilang, Tami menyesal sudah menggunakannya pada Qeenzia.

Qeila tak memperdulikan percakapan antara orang tua itu. Dia masih mengenggam tangan Zical dan mengelusnya lembut. Semoga Zical cepat membuka matanya karena Qeila rindu.

Rindu dengan mata indah itu.

*****

Qeila memainkan ponselnya di sebelah ranjang Zical. Zical sendiri masih terlelap dengan damainya tanpa merasa terusik dengan sekitarnya.

Drrtt.

Tontonan Qeila terhenti, dia tadinya sedang menonton Yarichin bit*h club, tapi terhenti saat pesan masuk dari teman-temannya.

Ara-ara~

Boke!

Nande!?

Lo nanya gue dimana?

Bukan goblok.

Gue nanyak lo kenapa, kenapa gak masuk sekolah?.

Oh.

Dog!

Guk!

Pubgi gak ki?

Apasi goblok.

Gue ngurus gebetan.

Sok kalian kemari sini.

Katanya mau lihat koleksi bantal gue erererere.

Haik!

Otw pas pulang sekul yak.

Siapin makan.

Ramen atau katsudon.

Gampang.

Nanti gue beli.

Ngokey.

Qeila terkekeh pelan, ketua kelasnya yang judes dan galak itu bisa sesantai ini juga dalam berteman. Beruntung Qeila bertemu mereka.

Teman-teman yang sefrekuensi dengannya.






































Tbc.

Janlup voment💕

My SILENT Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang