Janlup voment❤.
✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Aku, membencimu Zical.
-Zical Arganta-
Qeila menatap kosong gundukan tanah di depannya, perlahan tubuhnya jatuh terduduk di tanah di sebelahnya.
Tangannya mencengkram erat bunga yang masih segar diatas gundukan tanah tersebut, tatapan matanya tertuju pada nama di Nisan tersebut.
Dia tak mau menangis, karena air matanya sudah kering. Dia lelah menangis, terhitung sejak 7 hari kepergiannya.
Qeila enggan untuk menangis "Aku membencimu Cal...sangat.." bisiknya dingin.
Dia hanya akan menggumamkan kata benci setiap datang ke tempat ini, berharap orang yang sudah tenang terkubur di dalam tanah mendengarnya.
Perlahan, air mata kembali turun "Aku membencimu..hiks..sangat membencimu" isaknya lagi.
Putaran video yang dia dapat dari orang asing, tentang raut wajah Zical saat disiksa, saat dia memanggil nama Qeila dengan sempurna.
Membuat hati Qeila serasa direjam ratusan kali. Sakit, sampai rasanya Qeila tak tau apakah ini nyata atau tidak.
"Hiks..kamu ninggalin aku Cal..hiks..kamu capek ya?..hiks..pantes aja kamu istirahat..aku gabisa ilangin lelah kamu..hiks..gak papa, istirahat yang tenang ya.." bisiknya bertegar dan terdengar menyakitkan.
Zical Arganta, itulah yang tertulis di Nisannya. Nama seseorang yang sangat Qeila cinta. Berita kematiannya 7 hari yang lalu bagai kabar yang sangat buruk.
Dia meninggal, karena siksaan yang dia terima dari Papanya sendiri. Tubuhnya penuh luka, bahkan Qeila sendiri berulang kali pingsan saat proses pemakaman.
Dia tak sanggup, hatinya tak sanggup.
Kenapa harus sekarang, apa benar Zical sangat lelah sampai dia istirahat sekarang. Meninggalkan Qeila yang bahkan belum merasakan indahnya hubungan mereka.
"Hiks..sakit Cal..hiks..sakit.." rintihnya sembari mencengkram kain di dadanya. Baru kali ini Qeila patah hati, baru kali ini dan rasanya sangat sakit.
2 orang dibelakangnya nampak prihatin, tak menyangka kehidupan sosok yang menjadi saingan mereka sangat mengenaskan.
"Qei..ayo pulang. Kita harus ke bandara lagi, Kak Lizi mau pergi" bisik Bian sembari memegang bahu Qeila.
Qeila menunduk, isakan masih terdengar. Tapi dia berusaha tegar, Qeila menyeka air matanya dan beralih pada nisan Zical.
Dia mendekat dan mencium lembut Nisan tersebut.
"Aku mencintaimu..selamanya hanya kamu. Istirahatlah Zical, kamu sudah cukup kuat bertahan di kerasnya hidup kamu. Maaf aku tak bisa menghilangkan rasa lelahmu..maaf.." bisiknya lirih.
Luka parah di betis dan pinggang, kepala yang mengalami geger otak berat, mata kanan yang rusak, luka sayatan dan cambukan di tubuhnya.
Katakan bagaimana dia bisa hidup setelah luka sebanyak itu, wajar Zical lelah. Papa gilanya tak pernah memberikan kebahagiaan selama dia hidup.
"Aku pergi, selamat tinggal" pamit Qeila, sebelum akhirnya berjalan menjauhi makam.
Dengan langkah berat penuh perjuangan. Desiran angin menerpa mereka, dengan sosok yang menatap mereka dari pohon di dekat makam Zical.
Senyum tulus terbentuk di wajahnya.
"Aku mencintaimu Qeila"
Andai dia bisa mengatakannya, dia pasti meneriakannya.
Meneriakan pada gadis yang sangat mencintainya, dan sangat dia cintai, berat rasanya untuk pergi meninggalkan Qeila. Tapi jalan takdir mereka sudah begini adanya.
My Silent boyfriend.
Tamat❤.
Makasih yang uda mau mampir.
Ini ada extra part tapi gak ada sequel✨.
Sequel mereka uda diambil sama Ceiza, hahah tapi extra part Ceiza diambil mereka.
See you di extra part, yang gatau kapan di update❤.
Tergantung vote dan komenan kali💕.
KAMU SEDANG MEMBACA
My SILENT Boyfriend [End]
Teen FictionZical Arganta hanya ingin merasakan kebahagiaan, dan itu semua dia temukan pada Qeila Apridatan. Gadia judes menawan yang berhasil menjadi mentari di dunia kelamnya. Zical, remaja 17 tahun. Seorang Tuna Wicara yang berharap kebahagiaan berpihak pad...