Minhyung memasuki kantor Jeno, dan pemandangan yang ia lihat masih sama seperti yang kemarin.
Jeno terus berkutat dengan gulungan kertas yang menurut Minhyung memuak kan selama dua minggu penuh bergelung dengan gulungan itu.
Minhyung menghela napas gusar "Jeno, mau sampai kapan kau akan seperti ini?".
Jeno yang sedari tadi fokus membaca gulungan kertas itu berhenti, lalu hanya memandang Minhyung dengan lirikan mata nya saja dan kembali melanjutkan membacanya.
Minhyung menghela napas lelah dengan Jeno yang seolah acuh dengan segala nya padahal ia tahu hati Jeno berteriak kesakitan dan tersiksa.
Minhyung memang perlahan menerima keadaan Jeno, sebenarnya ia bukan marah hanya terkejut. Minhyung tidaklah menentang Jeno dan Jaemin, dia hanya belum terbiasa.
Minhyung mengingat kembali perkataan Ibu nya saat Minhyung mengunjungi Ibu nya di Kuil. Ia butuh teman untuk menghilangkan segala pikiran yang berkecamuk dalam otak nya hingga membuat kepala nya ingin meledak.
Minhyung pun menceritakan semua nya kepada Ibu nya tanpa memotong apapun termasuk tentang Jeno dan Jaemin.
Awal nya Yeonju -Ibu Minhyung- pun terkejut, ia tak menyangka lelaki seperti Jeno menghadapi permasalahan yang rumit ini.
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Ibu. Sungguh, akupun ikut merasakan sakit melihat Jeno seperti itu, bahkan akhir-akhir ini berkutat terus dengan gulungan kertas itu" keluh Minhyung kepada Ibu nya.
"Ia terus mengabaikanku, tidak makan dan tidak istirahat. Aku bingung harus bagaimana menghadapinya, bu" sedangkan Hyeon Ju hanya tersenyum mengusap lembut pundak anak lelaki nya.
"Bahkan dia tidak pulang-pulang semenjak Paman dan Bibi datang. Aku pusing menghadapi sifat keras kepalanya ini" Ibu nya yang juga menatap lembut Minhyung.
Yeonju tersenyum hangat, lalu menghela napas "Ibu tidak bisa menyalahkan Jeno atau lelaki bernama Jaemin itu" jelas Yeonju. Minhyung menatap Ibu nya.
"Tetapi, Nak. Perasaan cinta dan saling menyayangi itu adalah anugerah dari Sang Pencipta" lanjutnya. Minhyung termenung mendengarkan ucapan Ibu nya.
"Kita tidak bisa menebak perasaan cinta itu akan datang dan berlabuh dimana. Sama hal nya dengan Jeno, ia tak bisa menebak jika cinta nya akan jatuh kepada Jaemin bahkan Jaemin pun sebalik nya"
"Mungkin, takdir sudah mengatur cinta mereka. Dan, kisah mereka selanjutnya, itu ada ditangan mereka. Mereka yang memutuskan nya"
"Lalu Ibu, aku harus bagaimana?"
Yeonju tersenyum kembali dan mengusap lembut kepala Minhyung yang hanya memakai Sangtu "Itu semua adalah keputusanmu. Namun, buatlah adik kesayanganmu itu kembali seperti dulu"
"Dan untuk hubungan Jeno dan Jaemin biarkan mereka yang menjalani dan menyelesaikan nya. Itu adalah masalah pribadi mereka, kita tak bisa menolak atau menentang nya karna bukan kita yang merasakan nya, tetapi mereka"
Perkataan Ibu nya benar. Minhyung harus belajar menerima keadaan Jeno, sebagai kakaknya Minhyung hanya perlu berada disisi Jeno.
Lamunan Minhyung buyar karena suara ribut diluar, lalu terdengar suara langkah yang tergesa-gesa.
"Lee Jeno!!"
Kening Minhyung mengernyit bingung melihat sosok lelaki yang berteriak marah di kantor Biro Militer. Jeno yang tadinya sedang serius membaca gulungan kertas pun terkejut mendengar seruan seseorang diluar.
Jeno keluar dari kantornya, mata nya membulat melihat seseorang yang berdiri dengan wajah yang sangat marah.
"Lee Donghyuck?" sahut Jeno, tetapi, tiba-tiba datang 2 orang prajurit yang langsung mengampit kedua lengan Donghyuck.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Time | NOMIN [END]
FanficTakdir adalah sebuah misteri. Dia mempertemukan kita dengan caranya. Dan kuharap takdir juga memberikan perpisahan yang indah, Cendekiawan Na. Bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan melainkan sebuah anugerah, perasaan ini sangatlah berharga. Ja...