Pasukan telah bersiap didepan gerbang istana dengan peralatan lengkap. Sekitar 200 orang pasukan yang dipimpin oleh Putera Mahkota. Hampir sebagian pasukan merupakan bawahan Menteri Yoon.
Jeno, Putera Mahkota dan semuanya yang berada dipihak Raja tahu bahwa ini sama saja seperti rencana bunuh diri. Namun karena desakan serta pengaruh fraksi lawan Raja pun tidak bisa melakukan apapun selain menyetujuinya.
Putera Mahkota saat ini sedang dibantu berganti pakaian oleh para pelayan. Kasim Choi dengan telaten memakaikan baju perang milik Putera Mahkota.
Kasim Choi mungkin baru beberapa tahun melayani Putera Mahkota namun dia merupakan bawahan yang setia dan loyal. Kasim Choi adalah sosok yang cerdas dan tenang.
Dia tidak bodoh dan buta dengan apa yang terjadi di istana, maka dari itulah mengapa dia mengabdikan dirinya pada Putera Mahkota berharap orang-orang yang ingin merusak negerinya diberikan balasan.
"Anda ternyata sudah sebesar ini, Yang Mulia" ujar Kasim Choi, Putera Mahkota tersenyum tipis "Saat aku datang ke istana, aku benar-benar senang dan ketakutan".
"Aku hanya seorang anak berumur 12 tahun yang tiba-tiba dipanggil ke istana untuk menempati posisi Putera Mahkota" pikiran Hyunwon menerawang.
Bagaimana polosnya dan lugu nya saat baru memasuki istana, Raja begitu baik dan lembut selayaknya bersikap seperti seorang ayah. Namun, Hyunwon masih canggung karena sedari kecil dia di asuh oleh ibunya walau hanya sampai berumur 7 tahun.
Ibunya dibunuh oleh suruhan Ibu Suri karena keberadaan ibunya dapat menganggu posisinya. Bunuh diri, itulah yang diberitakan oleh semua orang. Memberikan informasi palsu.
Ibunya memotong pergelangan tangannya sendiri, itulah yang mereka katakan. Diberitakan bahwa ibunya frustrasi karena Raja tidak memilihnya sebagai permaisuri padahal memiliki seorang anak sebagai penerus.
Orang-orang pun menatap prihatin pada Lee Hyunwon, anak yang begitu tampan, penurut dan cerdas ditinggalkan oleh ibunya yang lebih memilih untuk mati. Hyunwon begitu geram dengan berita yang beredar.
"Seandainya ibu masih ada, beliau pasti akan senang melihatku" lirih Hyunwon, setiap hari dia merindukan ibunya.
Demi Langit, ibunya dibunuh. Ibunya sama sekali tidak pernah iri atau menjadi gila karena tidak dipilih sebagai Permaisuri, bahkan ibunya berhubungan baik dengan Permaisuri.
Namun, karena hubungan baik itu oleh pihak lawan dimanfaatkan dengan menyebarkan rumor bahwa Permaisuri menekan Jeonju agar tak mengancam posisinya, serta ibunya Jeonju melawan balik Permaisuri hingga menyerah dan bunuh diri.
Permaisuri dan Selir Lee Jeonju sering bertemu untuk bercakap dan sesekali mengajak bermain Hyunwon. Tidak ada perdebatan dan saling menekan satu sama lain, mereka hanya berbincang-bincang.
Itulah mengerikannya sebuah rumor didalam istana, mereka akan terus menyebar dari telinga satu ke telinga lainnya.
"Yang Mulia Raja telah tiba" seru seorang pelayan melaporkan kedatangan Raja. Putera Mahkota dengan pelan meminta pelayan menghentikan kegiatan mereka. Dengan membungkuk pelayan mengundurkan diri.
Terbukalah pintu ruangan Putera Mahkota menampakkan sosok gagah sang Raja Joseon, Lee Hwan.
Dengan senyuman teduhnya Raja menghampiri Hyunwon berdiri dengan bangga didepan anaknya "Hyunwon" panggilnya, Putera Mahkota membeku.
Jarang sekali Raja memanggil namanya, beliau selalu memanggilnya Putera Mahkota dikarenakan formalitas dan aturan kesopanan. Hyuwon menatap Raja dengan tatapan seorang anak pada ayahnya.
"Ayah" lirih Hyunwon.
Raja menghela napas pelan lalu menepuk pelan kedua pundak Hyunwon "Kau sudah sebesar ini, kenapa aku tidak menyadarinya".
Hyunwon sekuat tenaga menahan tangisnya, jarang sekali mereka memiliki waktu sebagai anak dan ayah, mereka hanya memiliki waktu sebagai Raja dan Putera Mahkota dengan segala kekakuan.
"Ayah tahu kau kuat, aku tahu kau bisa mengatasinya. Banyak orang yang mendukungmu, aku, Won, bahkan Jenderal Lee. Jangan takut, hadapi dan lawan mereka" tegas Raja memberikan nasehatnya.
Hyunwon mengangguk mantap mendengar kata-kata ayahnya "Ya, ayah" Raja tersenyum.
"Kau harus pulang, ayah akan menunggumu" Hyunwon menggigit bagian dalam bibirnya menahan tangis yang siap meledak.
Didepan pintu ternyata sudah berdiri dengan gagahnya Jenderal Besar Lee Jeno dan Letnan Besar Lee Minhyung dengan serempak mereka membungkukkan tubuh mereka memberikan hormat pada kedua petinggi di istana.
Hyunwon tersenyum lebar, Jeno melangkah dengan pelan dan tegas tanpa memutuskan tatapannya pada Putera Mahkota.
Tangannya terulur memberikan pedang milik Putera Mahkota "Hamba akan selalu melindungi Anda, Yang Mulia" ucap tegas Jeno, Putera Mahkota mengangguk lalu mengambil pedang ditangan Jeno.
-
Para pasukan membungkukkan tubuh mereka melihat kedatangan Putera Mahkota yang menjadi pimpinan penyerangan ini. Dengan mudahnya Putera Mahkota menaiki kudanya hitamnya.
Matanya menatap Letnan Hwang yang sudah kembali beberapa hari yang lalu dari perbatasan untuk menemani Putera Mahkota untuk penyerangan para pemberontak.
Hwang Hyunjin mengangguk lalu mulai menjalankan kudanya, memimpin jalannya pasukan. Terlihat Raja, Jeno dan Minhyung menatap keberangkatan Putera Mahkota dari jauh.
Mereka hanya bisa berdoa dan berharap agar rencana mereka berhasil, dikarenakan Jeno dan Minhyung tidak bisa menemani Putera Mahkota saat ini, karena Jeno dan Minhyung masih harus menjaga istana.
"Jenderal, saya telah siap" suara intrupsi dari belakang mengalihkan pandangan mereka. Berdiri sosok Son Youngjae, salah satu Letnan dan bawahan kepercayaan Jeno yang sosoknya mirip sekali dengan Jeno.
Jeno mengangguk pelan "Laksanakan sebaik mungkin, bawa Putera Mahkota dengan selamat" titah Jeno tegas. Letnan Son mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka.
"Kuharap, semua akan baik-baik saja" guman Raja, Jeno dan Minhyung yang mendengarnya hanya terdiam dan menyetujui dalam hati harapan Raja.
"Semua akan baik-baik saja, Yang Mulia" suara tenang Minhyung menyapa memberikan senyuman tipis diwajah sang Raja.
Entah kenapa aku makin ragu buat nulis cerita ini, sulit cari konflik sm plotnya euy buat cerita kerajaan itu.
Semoga kalian suka yah, maaf ceritanya makin absurd dan gajelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Time | NOMIN [END]
FanfictionTakdir adalah sebuah misteri. Dia mempertemukan kita dengan caranya. Dan kuharap takdir juga memberikan perpisahan yang indah, Cendekiawan Na. Bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan melainkan sebuah anugerah, perasaan ini sangatlah berharga. Ja...